Hidayatullah.com—Menteri Luar Negeri Rusia hari Rabu (4/11/2015) mengatakan bahwa keputusan harus diambil perihal siapa yang dianggap sebagai kelompok teroris dan siapa yang mendapat legitimasi (pengakuan resmi) sebagai kelompok oposisi Suriah, sebelum dilakukan perundingan internasional selanjutnya untuk membahas konflik di Suriah.
“Dua daftar perlu disepakati,” kata Sergei Lavrov menyusul pertemuannya dengan utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Suriah, Staffan de Misruta, di Moskow.
“(Daftar) pertama untuk organisasi teroris, yang mana genjatan senjata tidak akan berlaku bagi mereka. Daftar kedua untuk delegasi-delegasi oposisi yang akan melakukan perundingan dengan pemerintah –di bawah pengawasan PBB– dan dengan perwakilan dari sekretaris jenderal (PBB) yang memegang peran koordinasi,” papar Lavrov seperti dikutip Euronews.
Rusia mengatakan bahwa Lavrov juga telah melakukan pembicaraan lewat telepon dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, termasuk tentang kemungkinan pembentukan delegasi oposisi Suriah yang bersatu (disatukan).
Saat ini Angkatan Udara Rusia ikut ambil bagian memenuhi langit Suriah guna menggempur kelompok anti-rezim Bashar Al-Assad. Moskow mengatakan mereka hanya menarget kelompok bersenjata ISIS/ISIL.
Namun kenyataannya, rumah sakit juga ikut digempur oleh pasukan udara Rusia, seperti yang terjadi di Raqqa. Hari Selasa gambar-gambar yang menunjukkan kerusakan rumah sakit akibat serangan udara Rusia disebar lewat media sosial oleh pendukung ISIS.
Selain itu, menurut keterangan diplomat senior Amerika Serikat untuk urusan Timur Tengah, Anne Peterson, saat berbicara di depan sebuah komite Kongres AS hari Rabu, 85-90 persen dari total serangan udara Rusia di Suriah justru menghantam kelompok-kelompok bersenjata oposisi Suriah yang dianggap moderat.*