Laporan intelijen Pentagon bulan September 2002 yang bocor, menyimpulkan bahwa “tidak ada informasi yang bisa diandalkan” bahwa Iraq mempunyai senjata biologi maupun kimia.
Diperkirakan laporan ini banyak beredar di antara pejabat-pejabat pemerintah Bush, ketika mereka sedang merumuskan kebijakan untuk melakukan aksi militer.
Perkembangan terbaru ini muncul, bersamaan waktu dengan kedatangan pakar-pakar nuklir PBB, yang akan menyelidiki penjarahan bahan-bahan nuklir dari fasilitas nuklir utama negara itu, setelah jatuhnya Saddam Hussein.
Wartawan BBC di Pentagon, Nick Childs, mengatakan bahwa laporan setebal 80 halaman itu, yang berasal dari Badan Intelijen Pertahanan, akan semakin menyulut kontroversi mengenai senjata pemusnah massal Iraq.
Laporan ini menyangkal pernyataan menteri pertahanan Donald Rumsfeld ketika itu, bahwa Iraq mengumpulkan gas syaraf dan gas mustard dalam jumlah besar.
Pasukan AS belum menemukan senjata pemusnah massal di Iraq. Dua laboratorium berupa truk sudah ditemukan, tetapi tidak ada bukti mengenai adanya program pembuatan senjata terlarang.
Pejabat-pejabat tinggi Pentagon membenarkan bahwa laporan tersebut mengatakan tidak ada informasi yang bisa diandalkan bahwa Irak membuat senjata pemusnah massal.
Tetapi mereka menambahkan bahwa ketika itu tidak ada pejabat internasional maupun Amerika di Iraq, sehingga tidak ada bukti yang definitif.
Mereka juga mengatakan bahwa dalam laporan itu disebutkan bahwa Iraq mempunyai kemampuan dan keahlian untuk membuat senjata pemusnah massal, dan kemungkinan besar sedang melakukannya.
Kecaman Blix
Sementara itu, mantan kepala inspekstur senjata PBB Hans Blix mengecam kualitas intelijen yang diberikan kepadanya oleh AS dan Inggris berkaitan dengan dugaan senjata pemusnah massal yang dimiliki Iraq.
Hans Blix mengatakan kepada BBC bahwa timnya menindaklanjuti informasi AS dan Inggris di lokasi-lokasi yang dicurigai di seluruh Iraq, namun tidak menemukan apa-apa ketika sampai di lokasi bersangkutan.
Satu tim pemeriksa nuklir hari Jum’at ini dijadwalkan tiba di Iraq, tetapi AS hanya akan mengizinkan mereka melakukan pemeriksaan terbatas pada fasilitas penyimpanan nuklir.
Wartawan BBC di New York mengatakan pernyataan Hans Blix ini akan menambah kontroversi kualitas intelijen yang digunakan menjelang perang Iraq.
Dalam wawancara dengan BBC, Hans Blix mengatakan ia kecewa dengan petunjuk yang diberikan oleh Amerika dan Inggris.
“Hanya tiga dari kasus-kasus yang diberikan, kami menemukan sesuatu dan tak satupun ditemukan senjata pemusnah massal. Dan hal itu mengejutkan saya, terus terang saja.”
Ia mengatakan para pemeriksa senjata dijanjikan informasi terbaik yang ada.
“Saya berpikir, ya Tuhan, bila informasi ini adalah yang terbaik yang mereka miliki dan kita tidak menemukan apa-apa, bagaimana dengan lainnya?”
Anehnya, AS justru menolak seruan agar tim pemeriksa senjata PBB diperbolehkan kembali ke Irak untuk mencari senjata pemusnah massal. (bbc/cha)