Meski Amerika mengklaim KTT Aqaba sudah menunjukkan titik terang penerapan Peta Jalan Damai (Road Map), Palestina dan gerakan-gerakan Islam masih sulit menerimanya. Perdana Menteri Palestina Mahmoud Abbas dikecam di negeri sendiri terkait hasil pertemuan tersebut.
Salah satu kecaman datang kelompok Hamas. Kelompok gerakan militan Islam itu secara mendadak dan mengejutkan menolak bertemu lagi dengan Abbas.
“Dialog telah berakhir, ” ujar Abdel-Aziz al-Rantisi, pemimpin senior Hamas pada Reuters, menanggapi pertemuan AS dan Israel di Yordania.
“Abu Mazen (nama lain Abbas) tidak mewakili kami. Kami menolak bertemu dengan dia karena tidak ada gunanya,” tandas pemimpin Hamas, Rantisi.
Rantisi bahkan menyerukan demonstrasi masal untuk memprotes hasil KTT Aqaba yang dianggapnya berbahaya. Seruang Hamas itu disambut dengan demonstrasi di sejumlah kamp pengungsi di Jalur Gaza, Rafah, dan Khan Yunis setelah salat Jumat kemarin.
Sebagaimana diberitakan, pertemuan Abbas dengan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon yang ditengahi Presiden AS George W. Bush digambarkan sudah menapak langkah pertama Peta Jalan Damai. Sharon setuju menutup permukiman Yahudi di wilayah Palestina. Sebaliknya, Abbas menghentikan aksi kekerasan, termasuk bom bunuh diri.
Menurut Abbas, solusi terhadap konflik tidak boleh dilakukan secara militer. Di hadapan Bush dan Sharon, Abbas berjanji menggunakan berbagai upaya untuk mengakhiri militerisasi intifada.
“Kami mengulang lagi kecaman terhadap terorisme dan kekerasan terhadap warga Israel di mana pun,” katanya. Kepada harian Israel Yediot Aharonot, Abbas mengungkapkan harapannya untuk melakukan gencatan senjata dengan Hamas.
Pernyataan dan kesepakatan itulah, yang dikecam Hamas. Hal yang sama disampaikan Jihad Islam dan dua kelompok radikal lainnya. Ketiga kelompok kecil itu langsung mengumumkan penolakannya untuk meletakkan senjata.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Rantisi menandaskan sikap tergasnya yang tidak akan meletakkan senjata. “Kami tidak berubah. Kami hanya mau menghentikan serangan terhadap warga sipil Israel jika tentara Israel menghentikan agresi, pendudukan, dan pembunuhan terhadap rakyat kami. Diperlukan penghentian serangan di kedua pihak untuk mencapai gencatan senjata,” tegasnya. (afp/ap/rtr/jp/abw/cha/)