Hidayatullah.com–Perang Iraq baru saja usai. Kini negeri 1001 malam itu selain dikuasai oleh penjajah AS, muncul problem baru yang tak kalah pelik.
Di tengah-tengah kesulitan ekonomi dan krisis multidimensi yang melanda negeri Iraq ini, sebuah kesempatan bagi institusi misionaris Kristen AS melakukan aksi kemanusiaan. Dengan dalih itu mereka mengambil hati warga Iraq, sehingga mereka bersedia dengan suka rela dan dengan senang hati masuk menjadi umat Kristen.
Sejak AS berhasil menghancurkan Iraq dan kini berkuasa di negeri itu, sejumlah organisasi “bantuan kemanusiaan” mengalir ke sana.
Mereka mengaku akan memperbaiki kehidupan rakyat Iraq yang kini porak-poranda. Seorang penerjemah lepas mengatakan kepada Islam Online bahwa ia pernah didekati oleh “sejumlah organisasi AS” untuk mau bergabung dalam suatu tim penerjemah. Tim itu nantinya bertugas menerjemahkan pesan-pesan berbahasa Inggris ke dalam bahasa Arab.
Ia mengatakan, “Sungguh, inti yang saya lihat dari proyek ini adalah misi penginjilan murni dengan target tiga negara: Arab Saudi, Kuwait, dan Iraq.”
Misi gereja ke Iraq ini terungkap setelah Islam Online, (18/6/03) memuat pernyataan Sekjen Dewan Gereja-Gereja Timur Tengah Middle East Council of Churches [MECC]), Riad Jarjour.
Dalam pernyataannya, Riad Jarjour secara tegas menolak upaya-upaya pemerintah penjajah AS di Iraq menarik masuk sejumlah institusi misionaris berkedok organisasi bantuan kemanusiaan ke Iraq.
Bahkan, MECC mengirim pesan kepada rakyat Iraq untuk mengklarifikasi peran MECC dan organisasi-organisasi yang berafiliasi kepadanya bahwa Dewan Gereja-Gereja Timur Tengah mengingatkan mereka tentang akibat serius yang ditimbulkan dari upaya-upaya misionaris yang dilakukan oleh sejumlah institusi misionaris AS berkedok badan-badan bantuan kemanusiaan.
(iol/FAKTA).