Hidayatullah.com–Juru bicara departemen itu, Rob Nichols, melihat tayangan dokumen yang bertanda “rahasia” dalam tayangan program 60 Minutes TV CBS, Minggu lalu. Tayangan itu menampilkan wawancara dengan O?Neill terkait peluncuran buku yang menyerang Bush tersebut.
“Kami menyerahkan kasus itu pada kantor inspektur jenderal hari ini,” jelas Nichols kepada wartawan kemarin.
Sebagaimana diberitakan, O?Neill mengungkapkan, sejak awal kepemimpinannya, Bush langsung merencanakan serangan ke Iraq untuk menjatuhkan Saddam Hussein jauh sebelum adanya serangan 9/11.
Rahasia tersebut terungkap lewat buku The Price of Loyalty yang ditulis mantan wartawan Wall Street Journal, Ron Suskind.
Buku tersebut didasarkan pada pengakuan O?Neill dan dokumen-dokumen berkategori rahasia yang diberikannya kepada Suskind. Menurut O?Neill, Bush lantas mencari-cari alasan untuk menyerang Iraq.
Sementara itu, Bush memilih diam. Dia tidak berniat membalas serangan O?Neill. Menurut dia, kebijakan untuk menginvansi Iraq dan menjatuhkan Saddam diwarisi dari presiden sebelumnya, Bill Clinton.
“Kebijakan itu segaris dan ditambah serangan 11 September yang tiba-tiba,” jelas Bush kepada wartawan saat KTT OAS di Monterrey, Meksiko, kemarin.
Menurut dia, yang dilakukannya semata demi melindungi keamanan rakyat AS. “Itu kewajiban saya. Dan, saya sudah melakukannya secara serius,” tegasnya.
Dia menegaskan, Saddam memang layak disingkirkan. Bush merasa sudah berusaha mendapatkan dukungan internasional untuk melakukan hal itu, meski gagal. “Sekarang dia tidak berkuasa. Dan, hal itu menjadikan dunia lebih baik,” ungkapnya.
Sementara itu, juru bicara Perdana Menteri Inggris Tony Blair menyatakan, London mengharapkan resolusi damai bagi situasi Iraq sebelum memutuskan untuk menginvansi.
“Jika Anda memperhatikan hal yang terjadi untuk menghormati diplomasi, seluruh negara mencoba menyelesaikan hal itu melalui jalur diplomasi,” ujarnya, Senin.
Buku karangan Suskind tersebut mempunyai referensi pada dokumen rahasia pemerintah, termasuk salah satu yang ditandai “rahasia” dan disebut “Rencana untuk Iraq Pasca-Saddam”. Menurut Suskind, meski O?Neill adalah sumber utama, dia juga mewawancarai ratusan orang lainnya untuk melengkapi bukunya tersebut. Termasuk di antaranya sejumlah anggota kabinet.
Menurut dia, Menhan Donald Rumsfeld sempat mengingatkan O?Neill untuk tidak membantu penyusunan buku tersebut. (afp/jp)