Hidayatullah.com—Setelah berhasil meredam kekerasan di Afghanistan selama sepekan, Amerika Serikat dan Taliban hari Sabtu (29/2/2020) menandatangani kesepakatan untuk mengakhiri konflik berkepanjangan di negara di kawasan Asia Tengah itu. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo dan jubir Taliban di Doha, Qatar, Suhail Shaheen menghadiri seremoni penandatanganan kesepakatan itu.
Kesepakatan tersebut menyebutkan soal penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan, tuntutan kunci yang sejak awal konflik 2001 diminta Taliban. Amerika Serikat akan menarik 8.600 dari 13.000 serdadunya yang sekarang ini dikerahkan di Afghanistan.
Baik Washington maupun Taliban menyambut kesepakatan itu sebagai pencapaian bersejarah, yang mereka katakan sebagai langkah besar menuju perdamaian di Afghanistan.
Pasukan AS akan mulai ditarik segera, kata Presiden AS Donald Trump hari Sabtu, ketika ditanya awak media tentang jadwalnya.
Uni Eropa menyambut baik kesepakatan Taliban-AS itu sebagai “langkah awal penting” menuju perdamaian yang langgeng, tetapi mendesak agar hak-hak asasi manusia dan kaum wanita juga dihormati.
“Peluang saat ini untuk bergerak maju menuju perdamaian tidak boleh disia-siakan,” kata kepala kebijakan Uni Eropa Josep Borrell dalam sebuah pernyataan.
Menteri Luar Negeri AS Mark Esper menekankan bahwa kesepakatan tersebut barulah permulaan dan Washington siap membatalkan perjanjian itu apabila Taliban dianggap gagal mematuhinya.
Satu delegasi pemerintah Afghanistan juga hadir di Doha untuk menyaksikan penandatanganan kesepakatan itu, tetapi tidak memainkan peran apapun.
Taliban menjuluki pemerintah Afghanistan sebagai “boneka AS” dan menolak berhubungan langsung dengan mereka.
“Republik Islam Afghanistan sudah membentuk sebuah komite untuk menjajaki kontak awal dengan Taliban,” kata Sediq Sediqqi, seorang jubir Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, kepada DW di Doha menjelang penandatanganan. “Kami membentuknya setelah Taliban berulang kali memintanya yang disampaikan kepada kami lewat sekutu-sekutu internasional kami,” imbuhnya.
Namun, Taliban masih belum menganggap kehadiran wakil pemerintah Kabul itu penting.
“Kami tidak mengundang delegasi pemerintah Aghanistan ke Doha. Apabila pihak AS yang mengundang mereka, maka itu tidak ada urusannya dengan kami,” kata Suhail Shaheen yang juga anggota tim negosiasi Taliban kepada DW.
“Kami akan lanjut sesuai dengan kerangka yang sudah disepakati dengan AS. Kerangka kerjanya jelah, pertama kami akan menandatangani kesepakatan, yang akan diikuti kemudian dengan tahap pembangunan kepercayaan,” kata Shaheen. “Selama tahap pembangunan kepercayaan, sebanyak 5.000 anggota kami yang dikurung di penjara-penjara Afghanistan, dan 1.000 tahanan dari pemerintah Afghanistan, akan dibebaskan. Hanya apabila langkah-langkah tersebut sudah dilakukan maka akan dimulai dialog intra-Afghanistan,” tegas Shaheen.*