Hidayatullah.com– Biro Investigasi Federal AS (FBI), kemarin mengakut telah menyelidiki informasi tentang bocornya rahasia kebijakan Pemerintah AS soal Iran. Informasi tersebut dibocorkan oleh seorang analis di Pentagon bernama Larry Franklin lewat kelompok lobi Yahudi di AS bernama AIPAC.
Pejabat AS mengatakan, selama setahun belakangan ini pihaknya telah menyelidiki isu itu secara diam- diam, termasuk dengan menggunakan peralatan elektronik, apakah seorang analis Pentagon telah menyalurkan bahan rahasia ke Israel. Pihak penuntut umum AS masih mempertimbangkan apakah akan mengajukan tuduhan kegiatan mata- mata yang paling berat kepada yang bersangkutan.
Sumber-sumber pemerintah AS sebelumnya mengatakan bahwa FBI sedang menginvestigasi seorang analis yang mempunyai hubungan dengan kantor Kementerian Pertahanan Donald Rumsfeld. Analis itu dicurigai telah memberikan dokumen berklasifikasi tinggi kepada Israel lewat Komite Urusan Publik Israel Amerika (AIPAC), yakni lobi pro-Israel yang sangat kuat di Washington.
Dalam pernyataan singkatnya, Departemen Pertahanan AS mengatakan pihaknya telah mengadakan kerja sama soal masalah itu dengan Departemen Kehakiman dan memahami bahwa ruang lingkup penyelidikan tersebut sangat terbatas. Para pejabat Israel menekankan bahwa Tel Aviv sejauh ini tidak melakukan mata-mata terhadap AS sejak tertangkap basah dua dekade lalu dalam skandal spionase yang melibatkan analis Angkatan Laut AS Jonathan Pollard yang ditahan tahun 1985 di luar gedung kedutaan Israel.
“Kami membantah telah melakukan kegiatan intelijen. Ini berita aneh,” kata seorang pejabat senior Israel yang menolak disebut namanya. “Israel, selama bertahun-tahun, tidak melakukan kegiatan intelijen di AS,” ujarnya pula.
Yuval Steinitz, Ketua Komite Pertahanan dan Urusan Luar Negeri Parlemen Israel, mengatakan bahwa Israel membuat “keputusan kukuh” 20 tahun lalu, setelah penahanan Pollard, untuk tidak memata-matai lagi Washington. “Saya sangat percaya pada petugas penyelidikan AS dan oleh karena itu saya sangat yakin bahwa Israel tidak terlibat kasus semacam itu,” ujarnya.
Seorang jurubicara kedubes Israel di Washington menyebut tuduhan itu sebagai dibuat-buat dan tak patut. AIPAC sendiri menggambarkan kecurigaan itu sebagai tidak berdasar dan tidak benar.
PM Israel Ariel Sharon sering menyoroti hubungan hangatnya dengan Presiden AS George W Bush dan telah mengunjungi Gedung Putih sebanyak sembilan kali sejak menjadi orang nomor satu di Israel. Seorang asisten senior Sharon sering bertemu dengan Penasehat Keamanan Nasional Condoleezza Rice.
Namun kasus Pollard masih merupakan gangguan dalam hubungan antara kedua negara. Pollard, warga Yahudi keturunan AS, dijamin kewarganegaraan Israelnya pada tahun 1995, delapan tahun setelah menjalani hukuman seumur hidup karena melakukan mata-mata untuk pemerintah Tel Aviv.
Menurut televisi CBS yang pertama melaporkan investigasi FBI ini, satu dari dokumen yang diberikan kepada Israel merupakan arahan kepresidenan berupa rancangan atas kebijakan AS terhadap Iran – yang ditempatkan Bush dalam “poros setan.”
Para pejabat Israel dan AS menuduh Iran mengembangkan senjata nuklir, Meski AS dan Israel sendiri juga melakukan hal yang sama. Sejak Revolusi Islam tahun 1979, Iran menolak mengakui hak keberadaan Israel.
Iran mengatakan pekan lalu pihaknya berhasil melakukan uji-coba lewat penembakan versi rudal balistik jarak-menengah, Shahab-3, yang telah dikembangkan. Pakar militer mengatakan, Shahab-3 yang belum dimodifikasi itu sudah mampu melibas pangkalan militer Israel atau AS di kawasan Teluk.
Iran juga mengaku, pengembangan senjata nuklirnya hanya semata-mata untuk keamanan dan perdamaian dunia. (AP/afp/ant/cha)