Hidayatullah.com–“Tak ada satu alasan yang dapat menjelaskan mengapa penyiksaan di Abu Ghraib terjadi,” demikian disampaikan laporan penyelidikan secara tertulis itu.
Menurut laporan itu, “Kemungkinan yang paling besar adalah adanya penyimpangan dalam cara penanganan tawanan dari tak berperikemanusiaan hingga ke hal yang sadistis dilakukan oleh sekelompok kecil personil militer serta staf sipil yang diakibatkan oleh kurangnya disiplin dari atasan hingga bawahan, termasuk tentara anggota pasukan brigade 205 (dinas rahasia) dan kurangnya atau kegagalan para pemimpin pasukan AS di Iraq.”
Laporan ini juga menulis, “Sebagian besar, jadi tidak keseluruhan, dari sejumlah pelanggaran berupa tindakan kekerasan dan kejahatan seksual dari kegiatan interogasi yang terjadwal itu tidak terfokuspada perorangan tertentu dengan tujuan kepentingan rahasia negara.”
Hal itulah yang terjadi pada skandal yang terungkap melalui hasil jepretan kamera yang muncul April lalu yang memperlihatkan tawanan Iraq dicambuk dalam keadaan telanjang bulat dan diperintahkan untuk membentuk susunan piramid manusia dan dalam keadaan tertutup mata dan tanpa busana mereka menerima sengatan listrik di penjara Abu Ghraib.
Laporan tersebut bertentangan dengan keterangan yang diperoleh dari tujuh orang personil militer yang diajukan ke depan sidang pengadilan yang mengatakan para perwira telah memerintahkan mereka untuk “bersikap lunak” terhadap tawanan sebelum melakukan interogasi.
Laporan tersebut juga mengungkapkan peran personil brigade 205 yaitu unit pasukan dinas rahasia di mana 27 anggotanya termasuk empat staf sipil.
Tiga orang lainnya anggota satuan polisi militer dikatakan ikut serta dalam proses penyiksaan dan dua orang lainnya yang tidak berusaha untuk menghentikan penyiksaan sama halnya dengan dua staf medis. Pelaku penyiksaan terrhadap tawanan Irakq dapat menghadapi ancaman hukuman hukuman kriminal atau administratif.
Pelecehan terhadap tawanan Iraq di penjara Abu Graib tak jarang menyebabkan bentuk penyiksaan fisik demikian dikatakan seorang jendral yang menulis laporan tersebut. “Dalam sejumlah kasus terjadi penyiksaan fisik,” kata Jenderal George Fay kepada pers.
Laporan militer itu berisi keterangan 44 kasus pelecehan yang terjadi antara Juli 2003 hingga Februari 2004 termasuk salah satunya yang menyebabkan meninggalnya seoranng tawanan.
Selain itu juga diungkapkan, pihak militer AS menahan secara sembunyi-sembunyi 8 anggota Komite Internasional Palang Merah yang jelas merupakan pelanggaran atas konvensi Jenewa.
Dikeluarkannya laporan hasil penyelidikan hanya berselang satu hari setelah satu komite independen juga mengeluarkan laporan yang mengungkapkan mengenai kegagalan kepemimpinan tingkat atas Pentagon yang disumbangkan kepada lingkungan yang dalam suasan rusuh di mana para tawanan di perlakukan secara tak sewajarnya.
“Panel pita biru” yang diketuai mantan menteri Pertahanan James Schlesinger itu mengatakan dan mengecam kekurangan para kepala staf Angkatan di Iraq yang berujung kepada pelcehan dan penyiksaan di penjara Abu Ghraib.
Jendral Paul Kern yang menyerahkan laporan Fay mengatakan bahwa 23 anggota militer dan empat orang staf sipil bekerja di bawah kontrak ikatan kerja.
Kolonel Thomas Pappas komando dari brigade 205 adalah perwira paling tinggi pangkatnya yang kasusnya dikategorikan sebagai kasus pelanggaran disiplin.
Kern yang menyatakan dirinya menyesali terjadinya penyiksaan dan pelecehan mengatakan selain mereka para pelaku juga ada sebagian pihak yang mengetahui kejadian tersebut namun tidak melakukan apapun.
Dia mengatakan laporan tersebut berisi daftar dari 9 ribu dokumen dan melakukan wawancara dengan 170 orang selama melakukan kunjungan sebanyak delapan kali ke Iraq.
Laporan tersebut memfokuskan pada tanggung jawab militer, dinas rahasia dan polisi militer sebagian besar muncul dalam hasil bidikan kamera yang mengungkap skandal pelecehan tersebut.
Seorang perwira tinggi Angkatan Darat berbicara dalam kondisi dirahasiakan identitasnya mengatakan sebagian besar foto-foto yang kini terkenal itu tak ada kaitannya dengan interogasi dinas kerahasiaan. (Ant)