Hidayatullah.com—Banyak keajaiban di balik musibah tsunami yang hingga kini masih menyisahkan trauma para korban. Di pulau Nias, Sumatera Utara seorang bayi berusia satu bulan ditemukan masih hidup di atap rumah meski dalam kondisi mengenaskan.
Adalah Jefri, bayi berumur sebulan, ditemukan masih hidup dengan kondisi sangat memilukan. Dia terlempar ke atap rumah orang tuanya yang sudah ambruk di Desa Hunulu, Kecamatan Mandrehe.
Bayi laki-laki ini saat ditemukan warga dan petugas PMI hanya terbungkus kain seadanya dan sudah sangat basah. Kondisinya sangat menghawatirkan. “Sudah membiru dan hampir kaku kedinginan,” kata Dewi, petugas PMI kepada Jawa Pos. Petugas PMI segera mengevakuasinya. Kini Jefri dirawat di Posko Penampungan di Gereja ONKP Kecamatan Mandrehe, 120 km sebelah barat dari Gunung Sitoli. Jefri kecil ini, kini harus menjadi piatu. Ibunya lenyap, entah di mana.
Pulau Nias memang termasuk korban parah bencana tsunami ini. Hingga kemarin sedikitnya 65 orang tewas dan 70 orang lainnya dinyatakan hilang di pulau yang termasuk Provinsi Sumatera Utara itu. Dua kecamatan yang paling parah adalah Mandrehe dan Sirombu, yan
Keajaiban juga terjadi di negara bagian Penang, Malaysia utara yang juga ikut kena musibah tsunami. Seorang bayi ditemukan di atas kasur dalam keadaan terapung.
Alkisah, pada hari Minggu, air bah deras kota itu. Sang bayi sedang tertidur pulas di salah satu ruangan saat badai tsunami menerjang kota itu. Gelombang air , termasuk ikut menyapu kedua orang tuanya yang saat itu berada di tempat tinggalnya, sebuah restoran di resort Holiday, Penang, Malaysia.
Ajaibnya, sang orang tua kemudian menemukannya saat berusaha mencari jalan kembali ke bangunan yang hancur itu.
Seperti dikutip berita Malaysia, Bernama, Senin malam, sang bayi yang berusia 20 hari itu selamat dari terjangan tsunami yang melanda negeri Malaysia, Ahad, berkat kasur apung.
“Alhamdulillah, kasur itu mengapung di kedalaman 1,5 meter (5 kaki) dan saat itu ia menangis”, kata sang Ayah, A. Suppiah (55).
Sementara itu, Zulkfli Mohd Noor, seorang pengail ikan dan istrinya mengatakan bahwa mereka kehilangan 5 orang putranya dalam mushibah itu. Zulkifli, menjelaskan bahwa ia dan keluarganya sedang mengumpulkan ikan yang saat air laut menyurut sebelum akhirnya pasang lagi dalam gelombang yang besar.
“Saya sama sekali tidak berfikir bahwa ikan-ikan yang berserakan di pantai itu adalah tanda bahwa tsunami akan menerjang kami dalam beberapa detik kemudian, “ kata Zulkiflli, anak yang ditemukan dalam keadaan hidup disisi mayat ibunya pun berusia dua tahun
“Kami semua berusaha mencari perlindungan ketika gelombang tsunami menyapu. Saya terlempar beberapa meter, tapi berusaha menggenggam erat-erat tonggak. Tapi puteri saya yang berusia 12 tahun tersapu gelombang raksasa itu,” kata Suppiah (55), dikutip Bernama, (30/12) kemarin.
Selain Aceh, Penang merupakan negara bagian Malaysia yang paling parah dilanda tsunami. Jumlah kematian mencapai 49, dari 63 kematian yang dipastikan sejauh ini. Pihak berwenang setempat menyatakan, sedikitnya 26 orang hilang dan 183 mengalami luka-luka. (bernama/jp/zal/cha)