Rabu, 14 September 2005
Hidayatullah.com— Larangan cium tangan dikeluarkan Raja Abdullah setelah dirinya merasa risi dengan kebiasaan warganya itu. Maklumat itu menjadi headline media massa di Arab Saudi pada Senin (11/9). Selama ini, cium tangan sudah menjadi tradisi, terutama cium tangan kepada Raja dan keluarga kerajaan. Di Indonesia, tradisi cium tangan juga telah berkembang pada sebagian masyarakat.
Abdullah yang bertakhta sejak 1 Agustus lalu itu terkenal sebagai sosok rendah hati tersebut menyatakan bahwa penghormatan semacam itu hanya patut diberikan kepada orang tua.
"Saudara-saudara, ada satu hal yang ingin saya sampaikan kepada Anda semua. Mencium tangan adalah kebiasaan yang tidak sesuai dengan norma dan etika masyarakat kita. Lebih jelasnya, hal tersebut mengarah pada penyembahan yang bertentangan dengan hukum Tuhan sebagai satu-satunya yang layak menerima penyembahan," katanya.
Larangan itu disampaikan Abdullah saat menerima delegasi bangsawan, pejabat, dan para tokoh Arab Saudi di Istana Al Salam, Jeddah, Minggu (10/9).
Kedatangan delegasi bangsawan dan tamu-tamu terhormat itu untuk mengucapkan selamat kepada Abdullah yang telah dilantik sebagai Raja Arab Saudi menggantikan Fahd yang wafat Agustus 2005. Dalam acara itu, Raja Abdullah benar-benar menolak bila tamunya hendak mencium tangannya.
Alasan melarang tradisi cium tangan tidak hanya itu. Menurut Abdullah, cium tangan juga membuat orang tunduk. "Ini melanggar ajaran Allah (Islam), sebab tunduk hanya boleh dilakukan kepada Allah. Karena itu, saya sampaikan dengan tegas penolakan cium tangan ini, dan saya meminta siapa pun tidak mencium tangan siapa pun, kecuali terhadap orang tuanya, sebagai tanda ketaatan."
Abdullah berbicara di hadapan delegasi bangsawan Al-Baha yang sowan ke istana. Delegasi bangsawan itu berkunjung ke istana untuk mengucapkan selamat atas penobatan Abdullah.
Dalam istana kerajaan di Jeddah, Laut Merah itu, Abdullah menegaskan kepada masyarakat untuk tidak lagi mencium tangannya dan anggota kerajaan lain. Mencium tangan hanya boleh dilakukan anak kepada orang tua sebagai bentuk pengabdian mereka.
Sebelumnya, sebagian besar masyarakat terbiasa mencium tangan anggota kerajaan saat berkunjung. Sementara itu, anggota kerajaan yang lebih muda juga mencium tangan kerabat mereka yang lebih tua.
Di Indonesia, tradisi cium tangan sering terjadi pada ikatan keluarga, antara orangtua dan anak, dan keluarga tertua dengan yang lebih mudah. Tradisi ini juga dikembangkan kalangan NU sebagai penghormatan pada para kiai. (afp/rtr/ant/cha)