Hidayatullah.com–Seorang veteran pemerintahan Suriah yang juga pernah menjadi orang kepercayaan pada masa pemerintahan Hafez al-Assad, telah menarik dukungan terhadap pemerintahan Bashar Al Assad.
Adalah Nawaf al-Fares, lelaki yang telah mengawal rezim Al Assad dan kini menjadi Duta Besar Suriah untuk Iraq, resmi mengumumkan pengunduran dirinya dan menyatakan dukungannya terhadap kelompok oposisi pembebasan Suriah.
Keputusan Al Fares ini merupakan tamparan keras di saat Bashar Al Assad habis-habisan mencoba menggambarkan kepada dunia bahwa kebijakannya melawan kelompok oposisi, tidak lebih dari usaha pembelaan Negara dalam melawan konspirasi Barat kepadanya.
Nyatanya, Al Fares yang seorang Sunnni memilih menarik dukungan terhadap Assad karena tidak bisa melawan panggilan nurani terhadap apa yang telah dilakukan Assad terhadap pembantaian rakyat Suriah.
Terlebih selain melecehkan rukun iman, Assad juga telah melakukan pembantaian di Desa Deir Al Zor, kota timur Suriah yang dekat dengan perbatasan Iraq. Tempat ini merupakan kampung halaman Al Fares yang telah menjadi korban serangan dari keganasan militer Bashar Al Assad.
“Ini hanyalah pemanasan dari serangkain langkah penolakan dari para pendukung Bashar, yang pada akhirnya akan memutar haluan bergabung mendukung cita-cita pembebasan Suriah,” kata Mohamed Sermini, seorang juru bicara dari kelompok oposisi Suriah yang menyambut gembira kehadiran Al Fares dalam barisan kelompok oposisi pembebasan Suriah.
Al Fares merupakan pejabat tinggi pemerintahan pertama Suriah yang ‘berkhianat’ pada Bashar, setelah sebelumnya Bashar sendiri telah mendapatkan ‘tamparan’ atas mundurnya salah satu sahabat dan jenderal terbaiknya, yaitu Brigadir Jenderal Manaf TLAS yang kini masih berada di Turki dan bergabung dengan kelompok oposisi Suriah.
Pada hari Rabu (11/07/2012) tentara Bashar Al Assad kembali menyerang kota Homs di Suriah yang merupakan salah satu basis dari kelompok oposisi bermukim. Namun begitu, tidak ada satu pun kegentaran di pihak oposisi atas serangan pasukan Bashar Al Assad.
Untuk pertama kalinya sejak 16 bulan mereka bertempur, kelompok oposisi berani mengultimatum Bashar Al Assad bahwa mereka memiliki 13.000 Mujahidin dan rakyat sipil yang telah bersatu untuk menggulingkan rezim ini. Mereka juga mengklaim telah membunuh 4.300 tentara Bashar Al Assad sejak meletusnya konflik pada Maret 2011.
Kelompok oposisi juga tetap menunjukkan penolakannya atas tawaran pemerintahan transisi dari utusan PBB Kofi Annan yang saat ini sedang berada di Baghdad, mereka tahu bahwa gagasan damai itu masih membuka celah rezim Al Assad ini tetap berkuasa di Suriah.
Para pemimpin oposisi telah menyatakan tidak akan melakukan kompromi hingga rezim Al Assad yang telah berkuasa di Suriah selama 42 tahun ini hancur. Tidak ada yang gratis dari nyawa 16.000 masyarakat Sunni yang telah dibantai oleh Bashar Al Assad.*