Hidayatullah.com–Puisi digoreskan di mangkuk styrofoam dan ditulis dengan pasta gigi oleh narapidana di penjara teluk Guantanamo akan diterbitkan dalam buku, kata penerbitnya hari Rabu (20/6) kemarin.
"Puisi dari Guantanamo: Tahanan Bicara", yang diterbitkan University of Iowa Press, memuat 22 karya dari 17 tawanan di penjara teluk Guantanamo, Kuba.
Karya tersebut dikumpulkan seorang pengacara sukarela bagi tahanan dan diterjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris di bawah pengawasan ketat Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Sebagian besar tawanan penulis puisi itu masih berada di teluk Guantanamo.
Penyunting buku tersebut adalah Marc Falkoff, mahaguru hukum dari Illinois sekaligus pengacara bagi 17 tawanan Guantanamo. Dia mengatakan, sebagian besar dari mereka sebelumnya tidak pernah menulis puisi.
Falkoff mendapatkan puisi itu dari klien, lalu timbul pemikirannya untuk menerbitkan karya tersebut.
Markas besar angkatan bersenjata AS, Pentagon tidak menganggap puisi itu bukan rahasia. "Mereka mencoba memahami keadaan, banyak di antara mereka secara naluriah merenungkan keadaan mereka, tentang keadilan," kata Falkoff. "Mereka memperlihatkan kekecewaan terhadap AS, sebagian lagi memperlihatkan kemarahan, lalu banyak tentang nostalgia dan kerinduan pulang, " katanya.
Karya berjudul 'Puisi Kematian', ditulis Bahraini Jumah Dossari (33 tahun), mencerminkan keadaannya di penjara tentara Guantanamo sejak awal 2002.
Ambil darahku
Ambil kafan kematianku dan
sisa tubuhku.
Potretlah jasadku di kuburan,
kesepian.
Kirimkan kepada dunia,
Kepada para hakim dan
Kepada orang-orang yang punya nurani,
Kirimkan kepada laki-laki teguh dan adil
"Menerbitkan puisi adalah cara lain agar masyarakat dapat mendengar suara tahanan," Falkoff mengatakan.
Keuntungan buku tersebut akan diserahkan ke lembaga Pusat Hak Hukum, yang mengurusi masalah tawanan. Sebelum ini, penelitan lembaga HAM menyebutkan, sebagian besar tahanan penjara Guantanam milik AS itu adalah salah tangkap. [ant/rtr/hidayatullah.com]