Hidayatullah.com–Menurut hasil jajak pendapat oleh Angus Reid sebagian besar warga Kanada mendukung larangan cadar. Mereka setuju, jika para wanita yang menggunakan niqab ataupun burqa tidak diperbolehkan mendapat layanan pemerintah, perawatan kesehatan atau kuliah di universitas.
95% warga Quebec mendukung peraturan provinsi yang melarang penggunaan cadar di kantor-kantor pemeritah, sekolah dan lebaga publik lain yang didanai oleh pemerintah.
Di bagian Kanada lain, tiga dari empat orang mengacungkan jempol untuk Undang-Undang 94 yang disahkan Provinsi Quebec hari Rabu (24/3) itu.
Secara nasional, empat dari lima orang Kanada mendukung peraturan tersebut.
Menurut Wakil Presiden Angus Reid, Mario Canseco, dukungan atas sebuah isu yang mencapai angka hingga 80% di Kanada sangat langka.
Dikatakannya, salah satu alasan mengapa dukungan atas larangan cadar begitu tinggi, karena dipicu oleh perdebatan yang berlangsung selama beberapa pekan sebelumnya, ketika seorang wanita Mesir dilarang mengikuti kursus bahasa karena mengenakan niqab.
Salam Elmenyawi, Presiden Dewan Muslim Montreal menghubungkan hasil survei dengan suasana emosional yang masih menghangat seputar maslah niqab.
“Tanggapan mereka yang didasarkan pada perasaan terhadap seorang wanita yang menutupi wajahnya, sulit untuk dipahami,” katanya.
“Semua itu berhubungan dengan stereotipe negatif yang sedang hangat,” ujarnya. Menurut Elmenyawi, hasil survei bisa jadi berbeda jika debat masalah niqab dilakukan dalam suasana yang lebih tenang dan lebih empati.
Selain Quebec, provinsi yang banyak mendukung larangan cadar adalah Alberta (82%), Ontario (77%), provinsi-provinsi di wilayah Atlantik (73%) dan British Columbia (70%). Dukungan agak rendah diberikan oleh Manitoba dan Saskatchewan (65%).
Survei tersebut dilakukan secara online dengan melibatkan 1.004 responden yang dipilih secara acak oleh Angus Reid. Jajak pendapat dilakukan pada hari Kamis dan Jumat kemarin, dengan margin error +/- 3,5%.
Sementara itu Léger Marketing melakukan survei dengan topik sedikit berbeda. Mereka menanyakan tentang hijab dan salib. Hasilnya sudah bisa diterka.
Ketika orang-orang Quebec ditanya apakah hijab diperbolehkan di sekolah-sekolah umum, sebanyak 75% mengatakan tidak, dan hanya 20% yang mengatakan ya.
Tapi, ketika ditanya apakah salib boleh tetap dipasang di ruangan sekolah, 54% menjawab ya, dan 41% menjawab tidak. Demikian pula salib yang dipasang di atas tempat duduk presiden di Parlemen, sebanyak 58% mengatakan salib harus tetap berada di sana.
“Bagi mereka yang mengatakan Quebec menginginkan sebuah société laïque (masyarakat sekular), jajak pendapat ini menunjukkan bahwa mereka memang memiliki preferensi,” kata Jack Jedwab, Direktur Eksekutif Association for Canadian Studies.
“Salib boleh, tapi hijab tidak,” katanya.
Kecenderungan yang tidak memihak kepada Islam sebenarnya sudah tampak, saat Komisi HAM Quebec lebih memilih isu gender dan Badan Asuransi Kesehatan tidak berani mengambil sikap terkait masalah cadar, seperti yang hidayatullah.com beritakan sebelumnya. [di/tgzt/hidayatullah.com]