Hidayatullah.com–Libanon menangkap lagi seorang pegawai perusahaan telekomunikasi milik negara yang dicurigai sebagai mata-mata Israel.
Pegawai kedua operator seluler Alfa yang dicurigai menjadi mata-mata Israel itu, disebut-sebut pihak keamanan sebagai orang yang berbahaya.
Menurut sumber dari pihak keamanan yang dikutip Reuters Kamis (15/7), Tareq Raba’a, insinyur yang bekerja di perusahaan telekomunikasi itu lebih berbahaya dibandingkan Charbel Qazzi, seorang pegawai Alfa lain yang telah ditangkap sebelumnya.
Charbel Qazzi ditangkap bulan lalu dan dibawa ke pengadilan militer pekan ini. Jika terbukti bersalah ia bisa dihukum mati.
Raba’a yang ditangkap Senin lalu, sekarang masih dalam pemeriksaan.
Raba’a menjadi pegawai Alfa sejak tahun 1996 dan mulai bekerja untuk Israel pada tahun 2001. Dia biasanya pergi keluar Libanon dua kali dalam sebulan dan setiap kali itu pula membawa pulang uang tunai sebanyak $10.000.
Lebih dari 50 orang ditangkap dalam operasi menjaring mata-mata yang berkeliaran di Libanon sejak bulan April tahun lalu itu.
Penangkapan itu mengungkap adanya jaringan intelijen Israel yang bermain di Libanon. Banyak di antara para tersangka yang membantu mengidentifikasi target serangan bom Israel ketika negara Zionis itu berperang di Libanon pada tahun 2006. Perang tersebut kemudian mendorong Hizbullah untuk menyerang balik Israel.
Dengan tertangkapnya Qazzi bulan lalu, muncul perdebatan di Libanon tentang seberapa dalam intelijen Israel telah menyusup ke sektor telekomunikasi dan keamanan.
Presiden Michel Sulaiman, yang harus menandatangani surat keputusan sebelum sebuah hukuman mati dilaksanakan, telah menyeru agar para mata-mata diberi sanksi yang berat. Kabinet juga telah menyatakan persetujuannya agar hukuman mati diberlakukan bagi mereka yang menjadi mata-mata Israel.
Selama ini Libanon dinilai memberikan sanksi yang ringan atas warganya yang bekerja untuk Israel atau milisi Israel yang berada di Libanon. [di/rtr/hidayatullah.com]