Hidayatullah.com–Lima tentara asing dari pasukan pimpinan NATO tewas akibat tiga serangan terpisah di Afghanistan pada Kamis, kata NATO, menjadikan 11 jumlah tentara tewas dalam dua hari belakangan.
Kekerasan di Afghanistan berada pada tingkat tertinggi sejak penggulingan Taliban pada ahir 2001, dengan peningkatan korban di semua pihak dalam kemelut itu.
Lebih dari 2.000 tentara asing tewas sejak itu, lebih dari separuh dalam dua tahun belakangan.
Lebih dari 35 tentara asing tewas di Afghanistan pada bulan ini.
Tiga tentara anggota Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO tewas akibat bom rakitan di bagian barat negara itu, kata ISAF, sementara satu lagi tewas di timur akibat serangan pejuang.
Anggota kelima ISAF tewas dalam serangan bom di Afghanistan selatan.
ISAF tidak merinci serangan tersebut.
Enam tentara asing tewas dalam tiga serangan di bagian timur dan selatan negara terkoyak perang itu pada hari Rabu.
Peningkatan kematian pasukan sangat membebani Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan pemerintahannya menjelang tinjauan perang di Afghanistan itu pada Desember.
Lebih dari 150.000 tentara asing di Afghanistan, termasuk 100.000 orang Amerika Serikat.
Obama memerintahkan 30.000 tentara tambahan Amerika Serikat ke Afghanistan pada Desember 2009 untuk memadamkan kekerasan itu, tapi berencana mulai menarik pasukannya sejak tengah 2011.
Sedikit-dikitnya, 586 tentara asing tewas pada tahun ini, yang paling mematikan, melewati angka sebelumnya, 521 orang pada 2009.
Hitungan kantor berita Prancis AFP itu berdasarkan atas angka laman mandiri icasualties.org, yang melacak kematian tentara di Afghanistan dan Irak.
Gelombang kematian tentara itu sejajar dengan peningkatan gerakan tentara oleh pasukan sekutu dan mitra Afghanistan mereka di beberapa bagian paling berbahaya negara itu, tempat kehadiran Taliban kuat.
Di tengah tekanan berat melawan Taliban, Presiden Afghanistan Hamid Karzai juga menggandakan upaya membawa pejuang itu ke meja perundingan di bawah rencana baru rujuknya.
Pemimpin dukungan Barat itu pada bulan ini meresmikan Dewan Tinggi Perdamaian, badan beranggota hampir 70 orang, yang ditunjuk untuk mendorong pejuang meletakkan senjata mereka.
Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.
NATO menghadapi kemunduran besar di Afghanistan saat Gedung Putih memecat Jenderal Amerika Serikat Stanley McChrystal, yang mengecam presiden dan penasehat utama dalam wawancara dengan sebuah majalah.
Perpecahan muncul di persekutuan 46 negara itu saat berusaha memadamkan perlawanan sembilan tahun Taliban, dengan utusan khusus Inggris memperpanjang cuti, korban meningkat dan laporan bahwa Amerika Serikat “tanpa sengaja” mendorong panglima perang.
Penarikan NATO dari Afghanistan akan bertahap dan tidak terburu-buru pada Agustus mendatang, kata panglima pasukan asing di sana, Jenderal Amerika Serikat David Petraeus, pada tengah September.
NATO mempertimbangkan pelatihan tentara dan polisi Afghanistan sebagai unsur penting sebelum pasukan asing itu pada ahirnya ditarik.[ant/hidayatullah.com]