Hidayatullah.com — Forum Umat Islam (FUI) menolak keras kedatangan artis porno internasional Tera Patrick ke Indonesia. FUI juga mendesak segera kepada pemerintah agar menindak dengan tegas produser film Rintihan Kuntilanak Perawan, KK Dheeraj. Hal ini ditegaskan Sekjen FUI Muhammad Al Khathttath.
Al Khathttath mengatakan, memproduksi dan menyebarkan film berbau porno adalah kejahatan besar yang harus dilawan. Apapun upaya untuk merusak moral, aqidah, dan melanggar kepatutan dan norma kesusilaan di negera Indonesia, harus dilawan sekeras-kerasnya.
Film berbau porno, seperti Rintihan Kuntilanak Perawan, lanjut Al Khathttath, ini jelas adalah tanggung jawab pemerintah untuk menyeleksinya. Dan jika terbukti porno, pemerintah harus menggagalkan sebelum masyarakat bertindak.
Sebab kata dia, gaya macam ini (mendatangkan artis porno, red), bisa jadi adalah merupakan bentuk kesengajaan yang dilakukan untuk melakukan promosi film itu sendiri agar masyarakat penasaran, yang kemudian dampaknya akan laris dipasaran.
“Ini jelas-jelas sangat berbahaya. Mereka mau merusak moral bangsa kita, ini kita tolak keras,” kata Muhammad Al Khathttath dalam perbincangan dengan Hidayatullah.com, Kamis (14/10).
Al Khathttath menambahkan, jika pemerintah tetap meloloskan film porno ini dan membiarkan artis porno Tera patrick masuk ke Indonesia untuk bermain film, sama saja pemerintah mendukung untuk mempornokan Indonesia.
“Ini penjajahan yang sistematis. Pemerintah jangan mendukung pornografi,” jelasnya.
Senada dengan itu, Front Pembela Islam (FPI) mengecam keras produser film KK Dheeraj yang akan mendatangkanan artis porno asal Amerika Serikat, Tera Patrick, ini untuk bermain dalam film horor hasil garapannya.
“Jelas FPI menolak keras. Mereka mengharapkan dengan filmnya tersebut, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, menjadi hedonis,” tegas Ketua DPP FPI Bidang Nahi Munkar Munarman kepada hidayatullah.com.
Munarman menilai tindakan produser film berdarah India ini sangat keterlaluan.
Lebih lanjut Munarman memaparkan, upaya mendatangkan artis porno tidak lebih adalah sebagai bentuk serangan terhadap bangsa Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim.
“Mereka ini selalu melakukan serangangan dari segala sisi dengan menggunakan cover budaya, dan kebebasan berekspresi,” jelas Munarman.
Dengan dalih kebebasan berekspresi ini, lanjut Munarman, mereka pun mengharapkan akan mendapatkan simpati dari banyak orang.
“Padahal ini jelas-jelas adalah imperialisme budaya,” tegasnya. [ain/hidayatullah.com]