Hidayatullah.com—Saran ini datang dari Dirjen Bimas Islam Departemen Agama (Depag), Prof Dr Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA ketika menjawab pertanyaan seorang penanya dalam acara seminar yang diadakan dalam rangka Hari Lahir Nahdatul Ulama Cabang Istimewa Malaysia (HARLAH 10 NUCIM) di Aula Hasanudin KBRI Kuala Lumpur (23/10). Nasaruddin juga memberikan dua saran lagi yakni pertama jangan mempersepsi kelompok liberal sebagaimana dikatakan orang dan kedua datangi sarangnya. Staf Pengajar Program Pascasarjana Universitas Paramadina Mulya ini mengatakan, ‘sebenarnya di Indonesia kelompok liberal ini sebagai margin kanan – prosentasenya’, sangat kecil yakni 0,5 persen. Tapi media selalu meliputnya karena laris untuk dijual dan agar para pemilik modal media tidak bangkrut. Lebih lanjut anggota The UK-Indonesia Advisory Team, yang didirikan PM Tony Blair dan Presiden SBY (2005-2008) ini menjelaskan faktor penyebab sebagian santri pondok dan mahasiswa UIN (dan IAIN) menjadi penganut paham liberal. Penulis buku “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al-Quran” (Paramadina, 1999) ini pernah memprotes Ulil Absar Abdalla mengapa memakai nama JIL (Jaringan Islam Liberal) yang kontroversi. Ia pernah menyarankan agar Ulil menggunakan bahasa yang santun dan lebih acceptable seperti JIM (Jaringan Islam Moderat). Namun, Ulil menjawab penggunaa nama JIL biar keren. Sayang, Nasaruddin tidak menyebutkan apa langkah-langkah yang diambil Departemen Agama (Depag) RI untuk meminimalisir liberalisme di Indonesia khususnya di UIN dan IAIN. “Saya puas dengan seminar ini. Khususnya orasi serta penjelasan Prof. Nasaruddin yang objektif. NU harus mampu menjaga akidah bangsa dan agama rakyat agar tetap menjadi ideologi aplikatif yang moderat,” ujar salah satu peserta di akhir acara. [Mustafa/hidayatullah.com]