Hidayatullah.com–Liga Arab menolak intervensi militer langsung dari luar di Libya, tetapi mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan untuk mendukung zona larangan terbang.
Para menteri luar negeri dari 22 anggota Liga Arab mengatakan, setelah pertemuan di Kairo, Rabu, bahwa mereka akan melakukan pembicaraan mengenai cara terbaik melindungi warga Libya dan menjaga keamanan mereka. Liga Arab mengatakan akan berkoordinasi dengan Uni Afrika mengenai hal ini.
Dengan pasukan pemerintah Libya melakukan serangan bersenjata terhadap warga sipil yang memberontak, kutukan internasional terhadap pemimpin otoriter Libya, Moammar Qadhafi, terus meningkat. Negara-negara kuat di dunia memberlakukan sanksi dan masyarakat internasional meningkatkan usaha-usaha bantuan untuk daerah-daerah Libya yang dikuasai pasukan-pasukan antipemerintah.
Sementara itu, Kementerian Penerangan Venezuela mengatakan, Presiden Hugo Chavez telah berbicara dengan Qadhafi mengenai pembentukan blok negara-negara untuk membantu menengahi krisis di Libya. Menteri Penerangan Andres Izarra mengatakan lewat Twitter, Rabu, kedua pemimpin tersebut membicarakan mengenai Komisi Perdamaian yang diusulkan, tetapi tidak memberikan keterangan lebih rinci.
Chavez mengatakan, Senin, dirinya tidak akan mengutuk Qadhafi dan menuduh Amerika Serikat sedang bersiap-siap untuk menyerang Libya.
Bencana intervensi
Sebelumnya, Saleh Al-Majbari, salah seorang pejabat kedutaan besar Libya di AS berpangkat Counsellor yang belum lama ini mengundurkan diri dan bergabung dengan penentang Qadhafi, mengaku paling khawatir terhadap intervensi militer Barat tersebut.
“Intervensi sama saja sebagai sekoci penyelamat rezim dan situasi dapat mengarah seperti di Somalia,” paparnya seperti dikutip aljazeera.net, Rabu (2/3).
Bukan hanya itu, intervensi militer tersebut juga membahayakan keamanan regional Arab, terutama negara-negara sekitar yang sekarang ibaratnya seperti seorang ibu lemah yang masih dalam masa persalinan pasca perubahan atau yang masih dalam tuntutan perubahan.
“Intervensi asing adalah bencana dan ancaman bagi keamanan Mesir sebab wilayah Libya sangat luas dengan penduduk sangat sedikit sehingga mudah menempatkan pasukan dan basis militer bagi siapapun,” ujar Mayjen Jamal Mazhlum, analis militer Mesir seperti dikutip harian al-Sharq al-Awsath, Selasa (1/3).*
Keterangan foto: Antrian rakyat Libya yang mengungsi.