Hidayatullah.com–Presiden Yaman dan oposisi sepakat untuk menandatangani kesepakatan mundur Ali Abdullah Saleh dari jabatannya, demikian dilaporkan Alarabiya, Rabu (18/5) dari Sanaa.
Gulf Cooperation Council (GCC) sebagai penengah konflik di Yaman kembali mengusulkan supaya Saleh mundur dalam waktu 30 hari.
Seorang pembantu Presiden Saleh melaporkan bahwa penandatanganan kesepakatan dilakukan pada hari Rabu.
Menurut Yahya Abu Asbaa, tidak ada kendala berarti yang akan menggagalkan rencana itu, walaupun sebelumnya berkali-kali usulan GCC batal ditandatangani.
Pengumuman itu disampaikan setelah Sekretaris Jenderal GCC Abdul Latif Zayani kembali ke ibukota Yaman pada hari Sabtu lalu untuk melakukan kunjungan tiga hari, dalam rangka menyegarkan kembali usulan penyelesaian konflik Yaman oleh negara-negara Teluk.
Meskipun Presiden Ali Abdullah Saleh berulang kali menyatakan setuju dengan inisiatif GCC, tapi berulang kali pula ia menegaskan hanya akan mundur pada tahun 2013, atau saat masa jabatannya berakhir.
Namun menurut laporan AFP, pemerintah Amerika Serikat pimpinan Presiden Obama yang menjadi sekutu dekat Saleh hari Kamis pekan lalu menghubungi presiden Yaman itu dan mendesaknya untuk segera menandatangani kesepakatan mundur.
Usulan GCC–minus dukungan Qatar yang menarik diri dari inisiatif itu–mengusulkan pembentukan pemerintahan persatuan nasional di mana Saleh akan menyerahkan kekuasaannya kepada Wakil Presiden Abdu Rabu Mansour Hadi, dan mengajukan permohonan pengunduran diri ke parlemen dalam waktu 30 hari. Setelah itu, dalam waktu 2 bulan akan digelar pemilihan presiden. Sebagai balasannya, Saleh dan para pejabat tingginya diberikan imunitas dari tuntutan hukum.
Sedikitnya 180 orang tewas dalam aksi unjuk rasa yang menuntut pengunduran diri Presiden Ali Abdullah Saleh dari jabatannya sebagai presiden Yaman itu pecah pada akhir bulan Januari lalu.*