Hidayatullah.com–Gelombang serangan udara pasukan NATO kembali menghujani Kota Tripoli pada Selasa malam (7/6) hingga dini hari kemarin (8/6). Gempuran bertubi-tubi di pusat pemerintahan rezim yang berkuasa di Libya tersebut memberikan tekanan makin kuat terhadap sang pemimpin, Muammar Qadhafi.
Tetapi, Qadhafi tak ciut nyali. Tokoh yang telah berkuasa selama 42 tahun itu menegaskan tidak akan menyerah, meski serangan NATO sangat dekat mengarah kepada dirinya.
Rangkaian ledakan keras terdengar di dekat kompleks kediaman Qadhafi di kawasan Bab al-Aziziya, Tripoli, pukul 01.45 waktu setempat kemarin. Sesaat kemudian, sejumlah ledakan bom yang jauh lebih dahsyat kembali mengguncang ibu kota. Pengeboman jet tempur NATO atas ibu kota tersebut merupakan yang paling dahsyat dalam beberapa pekan terakhir. Tercatat sedikitnya 60 serangan bom menghujani Tripoli dan menewaskan 31 orang.
Yang menjadi target utama adalah halaman kediaman Qadhafi yang terus diserang oleh jet tempur pasukan koalisi internasional sejak 19 Maret. Akibatnya, hampir semua bangunan di kompleks Bab al-Aziziya rata dengan tanah.
Dalam sebuah pesan yang disiarkan televisi pada Selasa malam, Qadhafi menyatakan bahwa dirinya hampir terkena serangan NATO itu. Namun, dia menyatakan tetap akan melawan dan meminta rakyatnya terus berjuang.
“Meski dihujani bom, kami tidak akan menyerah,” seru Qadhafi dalam siaran televisi selama sembilan menit itu. “Saya dekat sekali dengan serangan bom itu dan nyaris kena, tetapi saya tetap melawan,” tegasnya.
“Kami hanya punya satu pilihan. Bertahan di negeri kami sampai akhir hayat. (Dalam keadaan) mati, hidup, menang, atau apa pun kondisinya. Yang jelas, kami tidak akan meninggalkan negeri kami atau menjualnya. Kami tidak akan tunduk (kepada asing),” papar Qadhafi.
Sesaat setelah rekaman suara itu disiarkan, serangan udara dengan intensitas yang lebih tinggi mengguncang ibu kota Libya. Serangan tersebut adalah kelanjutan dari pengeboman yang dilancarkan sepanjang hari sebelumnya.
Sejumlah wartawan diajak menyusuri lokasi kerusakan akibat serangan udara NATO itu. Mereka pun menemukan jenazah terbalut bendera nasional yang bernuansa hijau. Juru bicara pemerintah Mussa Ibrahim yang mendampingi wartawan menyatakan bahwa jenazah itu adalah salah seorang korban serangan NATO.
Seorang pejabat di kementerian informasi menyatakan, sedikitnya enam bom menarget halaman kompleks Bab al-Aziziya. Sementara itu, delapan bom lainnya menerjang sejumlah barak militer di seberang kompleks kediaman Qadhafi tersebut.
Kementerian Pertahanan Inggris menyatakan bahwa target yang dibidik serangan bom tersebut termasuk markas polisi rahasia di jantung Tripoli dan instalasi militer utama di pinggiran ibu kota.
Meski Qadhafi masih mengontrol sebagian besar Libya Barat, termasuk Tripoli, NATO mengklaim kejatuhan rezim di negeri itu hanya tinggal menunggu waktu. Tekanan akan ditingkatkan dengan serangan udara setiap hari ke Tripoli. Tujuannya memperpendek target waktu pelengseran Qadhafi.
Dari Washington dilaporkan bahwa setelah bertemu Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Barack Obama menyatakan, tekanan kepada Kadhafi akan terus ditingkatkan sampai dia mengundurkan diri. “(Posisi) kanselir (Merkel) dan saya sudah jelas bahwa Qadhafi harus mundur dan menyerahkan kekuasaan kepada rakyat Libya,” tegasnya.
Sementara itu, pada pertemuan setingkat menteri NATO di Brussels, organisasi tersebut menekankan kepada para anggotanya agar meningkatkan kontribusi mereka dalam perang udara di Libya. Peningkatan intensitas serangan itu dimaksudkan untuk segera melengserkan Qadhafi.
Dalam pertemuan dua hari itu, Pakta Pertahanan Atlantik Utara tersebut sekaligus membicarakan perkembangan 10 tahun perang di Afghanistan. Pertemuan juga dirangkai dengan diskusi pertahanan rudal untuk Eropa dengan menteri pertahanan Rusia.
NATO dan Amerika dikecam banyak pihak karena melakukan intervensi politik di Libya. Intervensi Barat ini dinilai karena ada kepentingan minyak.*