Hidayatullah.com–Majalah Time baru-baru ini mengangkat tema masalah perseteruan antara kelompok Islam yang diwakili oleh Al Ikhwan Al Muslimun di Mesir dengan kelompok liberalis dalam perpolitikan. Majalah ini menilai bahwa Al Ikhwan lebih piawai dalam demokrasi dibanding kelompok liberal, demikian lansir alarabiya.net, (23/06/2011).
Kepiawaian Al Ikhwan dibanding kelompok liberal terbukti berhasilnya penggalangan melakukan voting untuk merubah beberapa poin perundang-undangan pada bulan Maret lalu. Di mana saat itu kelompok liberal terpecah menjadi dua kelompok, yang pertama menyerahkan perubahan itu kepada pihak militer yang berkuasa sedangkan lainnya menginginkan perubahan dilakukan oleh panitia khusus di parlemen.
Namun ternyata, malah voting rakyatlah yang memutuskan perubahan, dimana 77% dari mereka menyetujui perubahan itu. Ini adalah kemenangan besar Al Ikhwan dan kelompok Islam.
Kekalahan yang nempak dari kelompok liberal adalah penentangan mereka terhadap hasil voting tersebut. Bahkan mereka mengancam untuk turun ke lapangan Tharir kedua kalinya untuk menentang hasil itu. Mereka menyatakan bahwa hasil voting bulan Maret tidak ada nilainya sama sekali.
Bahkan, penulis Ala’ Al Aswani, yang merupakan pengkritik Al Ikhwan, menolak reaksi kelompok liberal yang menolak hasil voting.
Berbeda dengan pihak liberal Al Ikhwan menghadapi pemilu mendaatang dengan tenang, dan mencoba melakukan koalisis dengan kelompok kiri dalam pemilu. Dan mereka berjanji untuk tidak “menculik” perbaikan undang-undang setelah pemilu.
Sebagaimana Isham Al Uryan pemimpin jama’ah ini menyatakan bahwa undang-undang wajib dibuat oleh semua orang Mesir, dan jama’ah tidak berhak untuk lebih vokal dibanding lainnya dalam masalah ini.”
Dengan posisi ini, menjadikan Al Ikhwan merupakan pihak yang peling banyak bertanggung jawab, dan ini akan menjadi daya tarik bagi para pemilih.*