Hidayatullah.com–Terdakwa pembantaian Muslim Bosnia Ratko Mladic dibawa keluar ruang sidang Mahkamah Kejahatan Internasional setelah mengganggu hakim saat membacakan dakwaan, Senin (04/7).
Sebelum sidang, Mladic telah berulang kali menyatakan akan memboikot persidangan keduanya tersebut. Ia memang menghadiri sidang, tapi sebelum masuk Mladic berulah dengan meminta pengacaranya diganti dan waktu sidang ditunda.
Ulah mantan jenderal yang memimpin pasukan Serbia-Bosnia membantai ratusan ribu Muslim Bosnia tidak sampai di situ. Sejak hakim membuka persidangan, Mladic berkoar-koar mengganggu jalannya sidang.
“Tidak, tidak, saya tidak akan mendengarkan (dakwaan) ini tanpa pengacara,” teriak Mladic, sambil menyingkirkan headphone penerjemah di telinganya saat hakim Alphons Orie mulai membacakan dakwaan.
“Siapa Anda? Anda tidak membiarkan saya untuk bernafas,” teriak Mladic kepada Orie.
Dalam persidangan, pria berwajah bengis berusia 69 tahun itu didampingi pengacara yang ditunjuk pengadilan.
Menghibur Mladic, hakim pun mengatakan bahwa pengadilan akan mempertimbangkan untuk membolehkan Mladic didampingi pengacara yang dipilihnya sendiri.
Mladic seharusnya menyatakan sikap, bersalah atau tidak, atas dakwaan yang ditujukan kepadanya, namun ia menolak untuk bersuara. Oleh karena itu, sebagaimana kebiasaan, secara otomatis hakim lantas menentapkan bahwa terdakwa merasa tidak bersalah atas dakwaan hakim.
Sebelum ditangkap oleh pihak berwenang Serbia, Ratko Mladic bebas berkeliaran di wilayah bekas pecahan negara Yugoslavia selama 16 tahun. Ia ditangkap di sebuah rumah sepupunya di Lazarevo, timur laut kota Beograd akhir Mei lalu.
Ratko Mladic adalah komandan tertinggi pasukan militer Serbia-Bosnia yang mendampingi presiden pertama Republika Sprska (negara etnis Serbia yang didirikan di dalam wilayah Bosnia-Herzegovina) Radovan Karadzic dan dengan dukungan presiden Serbia kala itu Slobodan Milosevic, membantai ratusan ribu kaum Muslim Bosnia tahun 1992-1995.
Tahun 2007, Mahakamah Kejahatan Internasional yang mengadili Republik Serbia terkait pembantaian Muslim Bosnia, menyatakan bahwa negara itu gagal mencegah terjadinya genosida. Tapi Mahkamah PBB di Den Haag tidak menyatakan Serbia bersalah dan tidak harus bertanggungjawab atas tragedi kemanusiaan terbesar sejak Perang Dunia II itu.*