Hidayatullah.com–Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, produksi opium Afghanistan tahun ini naik hampir dua pertiga dari panen tahun lalu, yang dirusak hama penyakit.
Hari Selasa (11/10/2011) PBB mengatakan, berdasarkan hasil survei kantor urusan kejahatan narkotika PBB UNODC, lahan tanaman candu di tahun 2011 mencapai 131.000 hektar, atau tujuh persen lebih tinggi dibanding tahun 2011.
Memperhatikan hasil panen per hektar dari candu yang ditanam, keseluruhan hasilnya bisa naik 61 persen dari hasil tahun lalu.
Konsistensi hasil panen opium di Afghanistan menunjukkan kegagalan program NATO untuk mengalihkan pertanian penduduk dari candu ke tanaman produksi lainnya.
Tahun ini harga opium kering dunia naik 43 persen dibanding tahun 2010. Pendapatan pertanian ganja diperkirakan naik 133 persen atau senilai USD1,4 milyar. Jumlah itu sama dengan 9 persen GDP Afghanistan. Demikian menurut laporan UNDOC yang dilansir Alarabiya.
“Jika keuntungan pembuatan dan perdagangan heroin dtambahkan dalam jumlah tersebut, maka opium menjadi bagian yang signifikan dari perekonomian Afghanistan,” tulis laporan itu.
Jumlah uang yang tidak sedikit itu juga dinilai kepala UNODC setempat, Jean-Luc Lemahieu, sebagai daya tarik bagi pembiayaan kelompok perlawanan Afghanistan dan juga koruptor.
Sekitar 78 persen tanaman candu dibudidayakan di wilayah selatan Afghanistan. Wilayah itu adalah daerah pertahanan terbesar kelompok perlawanan Afghanistan dan juga merupakan tempat di mana sebagian besar pasukan NATO dan Amerika Serikat ditugaskan.
Menurut Jean-Luc Lemahieu yang mengutip pimpinan UNODC Yuri Fedotov, jumlah lahan candu yang berhasil dibasmi tahun 2011 naik 65 persen. Tapi tanaman yang berhasil dibasmi itu jumlahnya hanya tiga persen dari keseluruhan lahan candu yang ada.*