Hidayatullah.com–Jasad 613 korban pembantaian orang Bosniak atau Muslim Bosnia oleh orang Serbia Bosnia setahun ini diangkat dari kuburan massal yang dibuat Serbia, lalu diidentiikasi untuk kemudian dimakamkan secara layak di monumen peringatan di Potocari.
Hari Senin (11/7), ribuan sanak keluarga mereka menghadiri pemakaman ulang itu, sambil mengenang kemalangan sekitar 8.000 anak laki-laki dan pria Muslim Bosnia yang dibantai pasukan Serbia di Bosnia, atau lebih dikenal dengan peristiwa pembantaian Srebrenica.
Sejauh ini sekitar 4.000 korban telah dimakamkan di Potocari, arah utara Srebrenica, yang dibangun pada 2003. Tugu peringatan ini dibangun di bekas pangkalan pasukan PBB asal Belanda, tempat orang Bosniak sempat mencari perlindungan tetapi sia-sia.
Peringatan tahun ini merupakan yang pertama sejak penangkapan Jenderal Ratko Mladic yang memerintahkan pembantaian itu Juli tahun 1995.
Pembantaian terjadi selama lima hari setelah pasukan Serbia Bosnia menyerbu wilayah Srebrenica, yang saat itu merupakan zona aman yang ditetapkan oleh PBB. Menurut korban yang selamat karena melarikan diri ke bukit dan gunung, pembantaian bahkan tidak hanya terjadi selama lima hari itu saja.
Wakil Walikota Tchamil Durakovic kepada BBC mengatakan, mereka yang terlibat dalam pembantaian harus diadili untuk memberikan pelajaran kepada generasi baru. Durakovic baru berusia 16 ketika terjadi peristiwa itu. Dia kehilangan banyak teman sebaya dan dia menyelamatkan diri dengan berjalan kali menelusuri pegunungan ke Tuzla.
“Srebrenica adalah ujian yang gagal dilalui oleh dunia secara keseluruhan pada karena peristiwa ini terjadi di hadapan mereka dan tak seorang pun berbuat sesuatu untuk mencegahnya,” kata Durakovic.
Wakil walikota Srebrenica itu juga menyesalkan tindakan dunia. “Sekarang mereka semua datang ke sini untuk menyampaikan berbagai alasan penyesalan tetapi pada saat kejadian saya tidak melihat begitu banyak orang datang untuk turun tangan dan melakukan sesuatu untuk mencegahnya.”
Dia mengkhawatirkan generasi baru akan memandang pembantaian itu sebagai “aksi yang sah” bila para pelaku tidak dimintai tanggung jawab.
“Kita perlu mencari semua jasad yang disembunyikan, kita perlu menemukan semuanya, kemudian melakukan identifikasi dan menguburkannya di pusat makam peringatan ini dan semua pelaku kejahatan perang harus disidangkan secara individu maupun kelembagaan,” tambah Durakovic.*