Hidayatullah.com—Berbeda sikap dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain yang telah mengakui Dewan Transisi Nasional pemberontak Libya sebagai pemerintah yang sah, Rusia hari Senin (18/7) mengatakan, mereka netral dalam perang sipil tersebut.
“Kami tidak berbagi posisi ini untuk satu alasan sederhana –karena dengan pernyataan pengakuan berarti berada sepenuhnya pada salah satu sisi kekuatan politik dalam perang sipil tersebut,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kepada wartawan.
“Ini sekali lagi berarti bahwa mereka yang mendukung keputusan melakukan kebijakan isolasi – dalam hal ini isolasi terhadap kekuatan diwakili Tripoli,” kata Lavrow.
“Kami menolak isolasi tradisional sebagai metode untuk menyelesaikan masalah politik dalam setiap konflik.”
Menlu AS Hillary Clinton mengumumkan pengakuan para pemberontak pada hari Jumat, ketika dia berada di Turki untuk pertemuan kelompok kontak internasional di Libya.
Langkah besar diplomatik tersebut kemungkinan bisa membuka blokir miliaran dolar dana Libya yang dibekukan.
Tambahan dana tunai tersebut dianggap penting untuk kekuatan pemberontak yang tampak ‘nyala-redup” dalam mengakhiri pemerintahan 41 tahun Muammar Qadhafi, yang sejauh ini masih bertahan dari aksi pengeboman NATO yang telah berlangsung hampir empat bulan itu.
Lavrov juga menolak spekulasi media Barat bahwa Rusia sekarang siap untuk menawarkan suaka politik kepada Kolonel Qadhafi dan keluarga terdekatnya.
“Pertanyaan ini telah disampaikan berkali-kali sebelumnya, dan jawabannya adalah tidak,” kata Lavrov.
Rusia abstain dari pemungutan suara pada resolusi Dewan Keamanan PBB pada Maret lalu yang membuka jalan bagi serangan udara terhadap sasaran rezim Qadhafi di Libya dan sejak itu selalu mengkritik skala dan tujuan dari aksi NATO yang dipimpin Barat itu.
Seorang utusan Kremlin telah bertemu dengan pemberontak di kota kubu mereka, Benghazi, dan melakukan negosiasi di Tripoli untuk syarat-syarat bagi pengasingan Kolonel Qadhafi.
Sejauh ini upaya mediasi tersebut telah gagal.
Rusia, bersama dengan China, telah mengambil garis lebih lembut terhadap Kolonel Qadhafi. Keduanya diundang ke pertemuan kelompok kontak Istanbul, tetapi memutuskan untuk tidak terlibat.*
Keterangan foto: Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov