Hidayatullah.com–Sementara negara-negara Barat seperti AS, Prancis dan Italia membuka pintu bagi Muammar Qadhafi untuk tetap tinggal di negaranya asalkan dia mundur, kelompok pemberontak Libya justru menyatakan bahwa Qadhafi harus diadili di mahkamah internasional.
Menurut jurubicara pemberontak Libya, Ali al Issawi, lampu hijau bagi Qadhafi untuk tetap tinggal di Libya setelah mundur tidak bertentangan dengan keinginan pemberontak agar Qadhafi diadili.
“Pada prinsipnya pertama Qadhafi harus turun. Setelah itu baru bicara detilnya,” kata Al Isawi, setelah bertemu dengan Menter Luar Negeri Italia Franco Frattini, Jum’at (22/7).
“Kami ingin Qadhafi dibawa ke ICC,” katanya, menunjuk Mahkamah Kejahatan Internasional di Den Haag.
Kantor eksekutif kelompok pemberontak Libya yang dipimpin Al Isawi berperan menjadi kabinet bagi Dewan Transisi Nasional yang bermarkas di Benghazi dan telah diakui negara-negara Barat dan kelompok kontak Libya sebagai perwakilan sah rakyat Libya.
Qadhafi yang mendapatkan kekuasaan tahun 1969 dengan cara kudeta “tidak dapat dimaafkan,” kata Al Issawi bersikukuh.
Kata Al Issawi, Qadhafi menjadi sponsor terorisme internasional. “Kejahatannya menyentuh seluruh dunia, tidak hanya Libya.”*