Hidayatullah.com–Negara-negara Islam dalam konferensi nuklir dunia di Wina, Jum’at (23/9), meminta agar Israel membuka program nuklirnya untuk penyelidikan internasional.
Namun, tidak seperti tahun sebelumnya, negara-negara Arab tidak mendesak agar dikeluarkan resolusi yang ditujukan langsung terhadap Israel, setelah tahun lalu resolusi semacam itu digugurkan dalam konferensi umum International Atomic Energy Agency (IAEA). Kecaman verbal terhadap Israel juga tidak sekeras tahun-tahun silam.
IAEA rencananya akan menggelar pertemuan pada bulan Nopember mendatang, dengan mengundang negara-negara Arab dan Israel guna mengkaji kemungkinan menetapkan zona bebas senjata pemusnah massal.
Pada tahun-tahun sebelumnya konferensi IAEA memang mengeluarkan resolusi yang meminta negara-negara Timur Tengah menandatangani Pakta Nonproliferasi Nuklir, yang secara tidak langsung ditujukan kepada Israel, satu-satunya negara yang tidak mau menandatangani perjanjian itu.
Israel tidak menentang dokumen perjanjian tersebut, tapi memilih untuk abstain dalam pemungutan suara, setelah gagal menghapuskan sebuah paragraf yang menyudutkannya.
Kepala program nuklir Suriah Ibrahim Othman mengatakan, penolakan Israel untuk menandatangani Pakta Nonproliferasi Nuklir adalah ancaman bagi kestabilan dan keamanan kawasan Timur Tengah.
“Masyarakat internasional harus mengambil tindakan nyata untuk menekan Israel,” kata Othman.
Kepala delegasi Mesir Khaled Rahman Shamaa, yang berbicara mewakili negara-negara berkembang, mendesak agar konferensi itu membahas ketidakseimbangan nukir, di mana satu negara dibiarkan memiliki program nuklir yang mengancam negara tetangganya.
Sementara Reza Pourmand dari Iran menegaskan bahwa perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah tidak akan pernah terwujud, jika senjata nuklir Israel masih ada dan dibiarkan mengancam negara di kawasan itu.
Negara-negara Islam dalam konferensi itu melihat Israel sebagai ancaman terbesar mereka. Sementara Israel, Amerika Serikat dan negara-negara Barat menuding Iran dan Suriah sebagai biang kerok masalah nuklir dunia.
Suriah dilaporkan oleh IAEA ke Majelis Umum PBB, setelah kepala lembaga itu Yukiya Amano menyatakan bahwa Suriah berusaha membangun reaktor plutonium rahasia. Tapi, fasilitas itu hancur empat tahun lalu setelah dibombardir pesawat-pesawat tempur Israel.
Deputi nuklir Israel David Danieli kepada Associated Press mengatakan, keputusan negara-negara Arab untuk tidak mendorong dikeluarkannya resolusi anti-Israel dalam konferensi tahun ini merupakan “sebuah sinyal positif.”
Dalam konferensi di tahun-tahun mendatang, kata Danieli, Israel tidak mau lagi ada perdebatan mengenai program nuklirnya.
Konferensi umum IAEA tahun 2011 itu diselenggarakan mulai tanggal 19 hingga 23 September dan dihadiri oleh utusan 120 negara.*