Hidayatullah.com—Pekan depan pengadilan akan memutuskan apakah ilegal bagi warga Israel untuk menjadi anggota komunitas Lev Tahor, demikian media Israel Haaretz hari Rabu (05/10/2011) melaporkan
Jika pengadilan menetapkan praktek ajaran Yahudi dalam Lev Tahor adalah ilegal, lembaga kesejahteraan sosial akan dapat menghapuskan hak asuh anak dari orangtuanya yang berafiliasi dengan sekte itu.
Pemeriksaan terhadap komunitas Yahudi Lev Tahor oleh pengadilan Israel, berawal dari kasus yag melibatkan dua remaja perempuan berusia 15 dan 13 tahun.
Orangtua kedua gadis remaja yang tinggal di Beit Shemesh, Israel, itu mengirim mereka ke komunitas Lev Tahor di Montreal, Kanada, pada musim libur Yahudi baru-baru ini.
Namun, keduanya dihentikan oleh pihak imigrasi Kanada dan dipulangkan kembali, atas perintah pengadilan Israel.
Paman kedua anak itu melapor ke pihak berwenang, karena khawatir keduanya akan disakiti, harta bendanya dirampas dan dipaksa menikah dengan pria dalam komunitas Lev Tahor, setibanya di Kanada.
Sebagaimana diketahui, Lev Tahor adalah satu cabang dari sekte ultra-Ortodoks, Hasidim. Di Beit Shemesh pengikut Hasidim diperkirakan mencapai 72.000 orang. Lev Tahor dikenal sebagai cabang dari sekte Hasidim yang paling keras.
Pria Hasidim dikenal dengan kepang rambul keriting, setelan hitam serta topi hitam dalam penampilannya sehari-hari. Sementara wanita Hasidim mengenakan kerudung hitam, rok hitam, stoking hitam, serta kain penutup hitam yang dikenakan di atas blus berwarna putih dan abu-abu.
Sedangkan wanita Lev Tahor, seluruh pakaiannya berwarna hitam, termasuk penutup wajahnya. Para wanita sehari-hari mengenakan kerudung panjang hitam seperti gaya pakaian wanita Afghanistan dan Iraq. Mereka wajib mengenakan penutup dari kepala hingga telapak kaki.
Kelompok ini percaya bahwa melihat wanita dapat memicu pria melakukan dosa. Dan tanggungjawab untuk mencegah dosa itu terjadi, juga ada pada wanita. Oleh karena itu wanita harus berpakaian tertutup.
Wanita-wanita Yahudi Lev Tahor, dinikahkan pada usia muda belasan tahun. Kebanyakan menjadi pengantin saat usia 14 tahun.
Dalam sekte itu dikenal ritual pemukulan, bagi orang-orang yang melakukan dosa.
Lev Tahor di Kanada didirkan sekitar satu dekade lalu, oleh seorang tokoh Yahudi bernama Shlomo Elbarnes.
Elbarnes pindah dari Amerika Serikat ke Kanada tahun 2001, setelah sebelumnya dinyatakan bersalah oleh pengadilan AS dalam kasus penculikan anak laki-laki berusia 13 tahun yang belajar dengannya. Awalnya Elbarnes menggunakan visa sementara, tapi kemudian ia berhasil mendapatkan status pengungsi.
Elbarnes mengajak serta pengikutnya yang anti-Zionis ke Laurentians. Kelompok ini kemudian berkembang menjadi 50 keluarga di Saint Agathe, sekitar 100 km arah utara Montreal, Kanada.
Tujuan dari sekte itu adalah menerapkan kembali cara beribadah Yahudi seperti yang dipraktekkan pada masa lampau.
“Adalah penting untuk menjaga tradisi kita,” kata Elbarnes, seperti dikutip Globe and Mail (05/10/2011).
Elbarnes juga membenarkan anak perempuan di komunitasnya menikah di usia remaja, dengan pasangan yang “disarankan” bagi mereka. Namun dia membantah melakukan pemaksaan dalam pernikahan.
Meniru Muslim
Komunitas Lev Tahor kurang disukai di Israel. Mereka dinilai aneh.
“Salah satu keluarga dulu ada yang tinggal di gedung ini,” kata Yitzhak Frankel, seorang agen real estate. “Saya senang mereka pindah.”
“Tak seorangpun di sini menyukai mereka, Rabi sangat menentang apa yang mereka lakukan,” katanya lagi.
Mereka disorot terutama karena cara berpakaian para wanitanya, yang dinilai meniru cara berpakaian wanita Muslim.
Namun, dalam buku kecil yang didistribusikan oleh komunitas ini disebutkan, tradisi perempuan Yahudi ini sudah dilakukan sebelum wanita Muslim.
“Mereka yang menirunya dari kita,” tulis buku itu.
Seorang hakim Israel, Rivka Makayes, menilai ada yang keliru dalam “cara hidup” yang dianut para orangtua dalam sekte itu dan memerintahkan kedua gadis tersebut dipulangkan ke Israel.
Namun keputusan pasti masih menunggu sidang pengadilan keluarga itu pekan depan, untuk memastikan apakah cara hidup yang dipraktekkan keluarga itu dianggap menyimpang, sehingga pengadilan harus turun tangan dalam masalah terkait anak-anaknya.
Jika hakim menetapkannya menyimpang, maka berdasarkan keputusan itu, kedua gadis remaja dari Beit Shemesh tersebut harus diserahkan ke dinas sosial, dan orangtuanya kehilangan hak asuh mereka.
Keputusan pengadilan dapat berimplikasi pada anggota sekte, di mana sekitar 300 orang anggotanya tinggal di Beit Shemesh, 40 menit sebelah barat Yerusalem — tidak jauh tidak jauh dari tempat Daud yang diyakini orang Israel telah berjuang melawan Goliat.*