Hidayatullah.com–Amerika Serikat menggunakan senjata baru dalam menangani ekstrimisme di Pakistan lewat program televisi Sesame Street.
Sesame Street dengan karakter utama, Elmo –si monster merah– akan diproduksi secara lokal, dengan karakter tambahan.
Program televisi di Pakistan ini diberi nama Sim Sim Hamara dengan biaya sekitar US$10 juta dan didanai oleh badan pembangunan internasional Amerika, USAID. Biaya akhir bisa mencapai dua kali lipat dari jumlah itu untuk proyek selama empat tahun.
Pemerintah Amerika berharap program televisi itu dapat memberikan ketrampilan dasar baca tulis untuk anak-anak dan juga toleransi serta saling menghargai.
Pihak produser, Rafi Peer Theatre Workshop, menekankan Washington tidak menulis skrip dan hanya menyediakan dana.
Amerika tidak menetapkan persyaratan dalam memberikan dana, kata Faizan Peerzada, pemimpin eksekutif perusahaan itu.
“Saya menghargai Amerika bahwa pada saat sulit seperti ini, mereka menanamkan investasi untuk anak-anak di Pakistan tanpa persyaratan,” kata Faizal, dikutip BBC (09/12/2011)
Kediaman Elmo yang baru di Pakistan adalah di satu desa dengan pohon beringin besar.
Elmo adalah karakter asli dari Sesame yang ditampilkan di televisi di Pakistan. Karakter lokal adalah Baily si keledai –yang ingin jadi bintang pop– dan Haseen O’Jameel, buaya yang selalu sembunyi di dasar sumur.
Bintang Sesame Pakistan adalah Rani, anak berusia enam tahun yang sangat bersemangat untuk mengejar ilmu. Pihak pencetus ingin agar Rani akan membawa pesan ke generasi muda Pakistan, khususnya anak-anak.
“Banyak anak perempuan yang malu,” kata Yamina Peerzada, yang membawakan suara Rani.
“Mungkin dengan melihat Rani, yang sangat bersemangat dan juga menjadi kapten tim kriket, saya harap anak-anak akan menjadi berani,” tambahnya.
Untuk menjawab berbagai pertanyaannya, Rani sering bertanya ke rekannya Kiran, putri guru di desa itu.
Saleha Majeed, anak berusia 12 tahun yang membawakan suara Kiran, mengatakan karakter televisi itu seperti keluarga. “Saya merasa mereka adalah adik adik saya, karena saya sering memberitahu mereka banyak hal. Mereka belajar banyak dari saya,” kata Saleha.
Saleha mengatakan program televisi itu akan mengajarkan banyak hal kepada anak-anak Pakistan yang tidak bisa duduk di bangku sekolah.
Sepertiga anak usia sekolah di Pakistan tidak mengejam pendidikan resmi dan program ini diharapkan dapat menjadi pengganti.
“Program ini mencoba meraih anak-anak dengan pengetahuan. Sifatnya informal dan proses belajar yang menyenangkan,” kata Faizan Peerzada.
Program televisi dengan dana dari Amerika ini kemungkinan akan dikritik sejumlah kalangan di Pakistan. Banyak kalangan yang menganggap Amerika sebagai musuh dan bukan sekutu.
Produser Sim Sim Hamara menyadari bahwa mereka menghadapi risiko membuat marah pihak militan. Pada tahun 2008, tiga bom meledak dalam acara film yang mereka selenggarakan, namun tidak ada korban jiwa.
“Jihad terbesar adalah menjadi manusia yang baik,” kata Faizan. “Memikirkan tetangga dan bekerja sama demi kemajuan masyarakat.”
Ia percaya bahwa programnya akan diterima anak-anak di Paksitan. “Kami tidak mendapat ancaman pada saat ini,” tambahnya.*