Hidayatullah.com—Kejahatan seksual yang dilakukan oleh prajurit aktif angkatan darat Amerika Serikat jumlahnya naik hampir dua kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir, antara lain disebabkan oleh trauma pascaperang. Demikian menurut laporan AD Amerika yang dirilis hari Kamis lalu (19/01/2012).
Laporan kasus kejahatan seksual dengan kekerasan naik 90% selam periode 2006 hingga 2011. Di tahun 2011 terdapat 2.811 laporan kasus kekerasan, di mana hampir separuhnya merupakan tindak kejahatan seksual. Sebagian besar terjadi di Amerika Serikat.
Satu kejahatan seksual dilakukan oleh seorang prajurit setiap 6 jam 40 menit di tahun 2011, kata angkatan darat AS.
Tingginya angka kejahatan seksual yang dilakukan oleh para prajurit angkatan darat AS itu secara sengaja itu, diyakini akibat dari kendurnya disiplin, adrenalin yang meningkat pascaperang, tingginya tingkat stress dan masalah gangguan perilaku.
Menurut wakil kepala staf AD Jenderal Peter Chiarelli dalam pernyataannya yang dikutip Reuters, banyak tantangan yang harus dihadapi para prajurit AS saat mereka tiba kembali di rumahnya setelah perang. Mereka harus memulai lagi proses adaptasi dengan lingkungan kesatuannya di AS, beradaptasi dengan keluarga dan juga masyarakat.
Lima tindak kekerasan yang paling banyak dilakukan selama 2011 yaitu serangan berat, pemerkosaan, serangan seksual berat, sodomi dengan pemaksaan dan pornografi anak.
Menurut laporan angkatan darat Amerika Serikat itu, tentara yang menderita PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), cedera otak traumatis dan depresi, terbukti lebih sering melakukan pelecehan terhadap rekan mereka.
Penderita PTSD tiga kali lebih besar kemungkinannya untuk bertindak agresif terhadap rekan wanita mereka, dibanding tentara yang tidak mengidap trauma.
Dalam laporan itu, angkatan darat AS juga menyebutkan bahwa kasus kekerasan atau pelecehan yang terjadi dalam keluarga biasanya tidak dilaporkan.
Angkatan darat AS, sebagai angkatan yang paling banyak mengirimkan pasukan ke medan perang Iraq dan Afghanistan sering memperpanjang masa tugas serta mengirimkan personelnya lebih dari satu kali ke medan perang.
Tingkat bunuh diri di kalangan prajurit angkatan darat cenderung stabil pada tahun 2011, setelah terjadi kenaikan tajam di tahun-tahun sebelumnya, tulis AD Amrika Serikat dalam laporannya.*