Hidayatullah.com–Ratko Mladic masih bisa tinggal secara bebas di rumahnya di Beograd hingga tahun 2002, tujuh tahun setelah ia didakwa oleh pengadilan kejahatan perang internasional. Ia sering menjamu tamu untuk makan, meminum rakia (minuman beralkohol), dan mendengarkan musik, kata seorang teman, Senin (30/5).
“Dia adalah orang yang sangat aktif sepanjang waktu itu,” kata Aleksandar Mihailovic, yang tinggal tidak jauh dari rumah Mladic dan perusahaannya membangun rumah Mladic. “Dia mencintai lagu, rakia, makan, dan seorang yang sangat normal.”
Mladic ditangkap Kamis lalu di rumah sepupunya di kawasan pertanian, di desa 100 km timur laut Beograd.
Belum lama di bulan ini jaksa kejahatan perang PBB mengatakan, Serbia tidak berbuat cukup untuk mencari Mladic, yang sedang menunggu ekstradisi ke Den Haag dalam beberapa hari mendatang dengan tuduhan genosida dalam pengepungan Sarajevo tahun 1992-1995, dan pembantaian 8.000 Muslim di Srebrenica selama perang Bosnia.
Penangkapannya adalah kunci bagi Serbia untuk menuju keanggotaan Uni Eropa.
“Dia tinggal normal sampai 2002,” kata Mihailovic, Wakil Direktur pada perusahaan Stankom yang bergerak di bidang real estate. “Semua orang datang untuk memberikan penghormatan padanya … Dia bukan tipe orang yang suka ongkang-ongkang dan tak melalukan apa-apa.”
Mladic sering bercerita tentang keluarga dan teman-teman, serta seorang penggemar sepak bola setelah masa peperangan. Dia sesekali menonton sepak bola atau mengunjungi restoran di ibukota, dan hidup dari pensiun militer. Banyak orang datang meminta nasihat atau bantuan.
Mantan Jenderal Serbia Bosnia itu berada di Beograd selama pemboman NATO 1999 di Kosovo, katanya. Pada tahun 2002, “suatu hari ia menghilang,” kata Mihailovic. “Apa yang terjadi setelah itu, hanya dia yang tahu.”
Pada bulan Oktober 2002, pengadilan kriminal internasional mengeluarkan surat dakwaan perubahan terhadap Mladic, setahun setelah pemimpin Serbia Slobodan Milosevic dikirim ke Den Haag. Pada tahun yang sama pemerintah Serbia menandatangani undang-undang yang memungkinkan ekstradisi tersangka dan mendesak semua tersangka kejahatan perang untuk menyerah.
Mladic kadang-kadang terlihat berada di wilayah Republik Serbia Bosnia pada paruh kedua tahun 1990-an, tetapi pasukan NATO yang ditempatkan di sana tidak bertindak terhadap dia pada saat itu.
Mladic berargumen, pengepungan Sarajevo, dengan 10.000 meninggal, adalah operasi militer yang sah, dan sebagai komandan bertanggung jawab atas seluruh perang. Ia tidak tahu tentang rincian pembantaian Srebrenica itu.
Jaksa di Pengadilan Kriminal Internasional untuk wilayah bekas Yugoslavia itu yakin dapat membuktikan bahwa Mladic adalah seorang pembunuh kejam yang memang menghasut kejahatan tersebut.
Mevludin Oric, seorang Muslim Bosnia dari Srebrenica yang selamat dari eksekusi massal dengan bersembunyi di bawah tumpukan mayat, mengatakan bahwa ia melihat Mladic di pintu sekolah senam, tempat para tawanan dikumpulkan dengan penuh sesak, sebelum dibawa pergi untuk dieksekusi.
“Orang-orang berbisik: lihat, itu Mladic sana, ia berdiri dengan pengawalnya, mengawasi sekolah senam dengan tertawa,” kata Oric dalam wawancara pada tahun 2005.
Setelah 1995, kata Mihailovic, Mladic jarang berbicara tentang perang dan perawakannya hanya menggambarkan sedikit tentang masa lalu. “Srebrenica sudah lama menjadi tema yang tabu. Apa yang terjadi tidak benar-benar jelas,” tambah Mihailovic.
Setelah perang, wilayah Serbia di Bosnia tetap menjadi bagian Bosnia, bukan sebagai negara merdeka yang diharapkan Mladic. Pejabat Serbia berharap, dapat menyelesaikan proses banding hukum dan mengekstradisi Mladic ke Den Haag minggu ini.*
Keterangan foto: Ratko Mladic saat ini.