Hidayatullah.com—Para pemimpin di Provinsi Cyrenaica telah mendeklarasikan pembentukan sebuah dewan yang akan menangani urusan pemerintahan di wilayah mereka.
Walaupun tidak memiliki kekuatan resmi, namun deklarasi hari Selasa (06/03/2012) itu membuka konfrontasi wilayah di kawasan timur Libya itu dengan pemerintah pusat, yang kini dikuasai oleh kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional.
Sejak lama orang-orang Cyrenaica –lokasi sebagian besar sumber minyak Libya– tidak puas dengan pemerintah pusat.
Sekitar 3.000 delegasi yang menghadiri pendeklarasian itu di Benghazi, menunjuk Ahmad al-Senussi, sebagai ketua dewan yang baru dibentuk.
Ahmad al-Senussi berasal keluarga dari keluarga mantan raja Libya, al-Senussi, yang kekuasaannya digulingkan oleh Muammar Qadhafi.
Pendeklarasian diri sebagai wilayah dengan otonomi yang lebih luas, diyakini menimbulkan kekhawatiran perusahaan-perusahaan minyak internasional di wilayah Cyrenaica. Sebab negosiasi usaha eksplorasi minyak mereka harus dilakukan dengan penguasa baru setempat.
Tidak jelas apakah dewan di Cyrenaica itu akan menjadi bagian dari Dewan Transisi Nasional, atau justru menjadi rival mereka.
Ditanyai mengenai hal itu, salah seorang penyelenggara kongres hari Selasa itu yang bernama Muhammad Buisier, kepada Reuters mengatakan, “Saya telah mengontak orang-orang di Tripoli untuk datang kesini dan bernegosiasi. … Hal ini harus dibicarakan lewat negosiasi.
Cyrenaica pada masa kuno dikenal sebagai Pentapolis, dan sebagai wilayah Barqah dalam bahasa Arab.*