Hidayatullah.com—Raghad Saddam Hussein, putri mendiang presiden Iraq Saddam Hussein, membantah tudingan bahwa dirinya berenca melakukan kudeta di Iraq.
“Beberapa laporan media mengatakan bahwa saya mengontak pejabat-pejabat militer senior di Iraq dan memberikan mereka dana untuk menggulingkan pemerintahan yang sekarang,” tulis Al Arabiya (06/03/2012) dari Al Quds Al Arabi yang mengutip pernyataan pengacara Raghad, Hatiam al-Harash, hari Senin.
“Ini tidak benar,” tulis Raghad dalam pernyataannya.
Raghad menegaskan, tudingan kudeta itu bahkan tidak masuk akal, mengingat situasi dan kondisinya yang tidak memungkinkan. Ia sendiri sekarang tinggal di Yordania, sementara pemerintah Iraq yang sekarang dilengkapi dengan peralatan intelijen dan militer yang canggih. Selain itu, Raghad mengaku tidak tertarik dengan politik.
“Semua orang tahu bahwa saya dan keluarga sekarang tinggal di Yordania dan saya memiliki hubungan yang sangat baik dengan rakyat dan pemerintah Yordania.”
Raghad yakin orang-orang yang menyebarkan rumor itu berusaha mencoreng nama baiknya sekaligus menakut-nakuti rakyat Iraq.
“Rakyat Iraq sudah sangat menderita. Mereka ditekan oleh penjajahan biadab dan pemerintah tirani, keduanya didukung oleh kekuatan militer,” kata Raghad.
Dalam pernyataannya, Raghad menyeru agar orang-orang yang menyebarkan berita bohong itu bekerja untuk rakyat Iraq, memperbaiki kondisi negara dan menjaga kekayaan alam mereka yang dijarah dan dikorupsi.
Ia juga bersumpah akan mengambil tindakan hukum terhadap orang-orang yang sengaja berusaha mencoreng nama baik diri dan keluarganya.
Raghad adalah putri tertua Saddam Hussein. Ia sudah tinggal di Yordania sejak tahun 2003. Pemerintah Yordania berulang kali menolak mengektradisi dan menyerahkannya ke pemerintah Iraq yang dikuasai Syiah, yang menuduhnya membiayai kegiatan terorisme.
Akhir 2011, beberapa jam setelah Amerika Serikat menarik mundur hampir seluruh pasukannya dari Iraq, pemimpin pemerintahan Syiah dukungan AS Perdana Menteri Nuri Al Maliki, menetapkan Wakil Presiden Tariq Al Hashimi, seorang Muslim, sebagai buronan pemerintah dengan tuduhan menjadi otak dan mendanai serangan teror di Iraq.*