Hidayatullah.com–Pelaku penembakan berantai di Toulouse, Prancis, yang meresahkan warga akhirnya tewas saat menghindari kepungan polisi dengan cara meloncat keluar jendela.
Menteri Dalam Negeri Prancis Claude Gueant memberikan penjelasan rinci mengenai aksi penyerbuan oleh aparat, sekitar 33 jam setelah polisi mengepung lokasi gedung tempat tinggal pelaku, lansir Euronews, Kamis (22/03/2012).
Gueant mengatakan, keputusan untuk menangkap pelaku Muhammad Merah diambil pada pukul 10.30 Kamis pagi. Setelah melemparkan granat asap pasukan bersenjata mulai bergerak memasuki ruangan satu persatu untuk mencari target. Saat mereka berusaha memasuki kamar mandi, Merah melarikan diri sambil menembakkan senjatanya. Sebelumnya dikabarkan bahwa pria itu memiliki senjata otomatis Uzi dan sebuah Kalasnikov.
Tiga petugas dilaporkan terkena tembakan dalam serangan itu. Merah tewas saat menghindari kejaran dengan cara melompat keluar jendela. Ia ditemukan tidak bernyawa di tanah.
Muhammad Merah menjadi tersangka penembakan belum lama ini di Montauban dan Toulouse. Petugas berhasil melacaknya dengan menggunakan alamat IP internet yang digunakannya.
Mengutip laporan Le Monde dan France Info, Euronews menulis, sumber-sumber yang dekat dengan penyelidik mengatakan bahwa salah satu petunjuk yang membawa polisi kepada pelaku adalah rekaman komunikasi antara korban pertama dengan Merah. Korban itu berencana bertemu Merah terkait iklan penjualan yang dipublikasikannya di internet.
Anggota militer Prancis Imad Ibn-Ziaten, warga asal Afrika Utara, ditembak di Toulouse pada 11 Maret lalu, saat diperkirakan bertemu dengan calon pembeli sepeda motornya.
Mendagri Gueant menjelaskan, setelah pembunuhan Ibn-Ziaten, detektif polisi menelusuri jalur komunikasi yang diterimanya dari orang-orang yang tertarik untuk membeli motornya.
Pasukan elit Prancis RAID mengepung kediaman Merah pada hari Rabu pukul 03.00 pagi waktu setempat. Pejabat terkait mengatakan kepada wartawan bahwa Merah akan menyerahkan diri pada Rabu malam. Namun, ternyata hal itu tidak dilakukannya.
Merah, dilaporkan mengakui perbuatannya. Dia mengaku aksi itu merupakan aksi balasan terhadap kematian anak-anak Gaza, Palestina, dan juga atas keterlibatan tentara Prancis di Afghanistan.
Muhammad Merah, 23 tahun, dilahirkan di Prancis. Orangtuanya berasal dari Aljazair.
Menurut keterangan pengacara Merah, Christian Etelin, “Dia telah berada dalam pengawasan (intelijen), karena dia pergi ke Afghanistan. Dia pulang dan berperilaku seperti orang yang sangat normal, sama sekali tidak gila. Dia tidak kelihatan fanatik.”
Merah menjadi tersangka pelaku tujuh penembakan. Korban dua pemenbakan pertama disebutkan adalah warga keturunan Afrika Utara yang merupakan anggota militer Prancis. Penembakan ketiga terjadi di sekolah Yahudi Ozar Hatorah di kota Toulouse.
Aksi penembakan tersebut baru menjadi perhatian banyak orang, termasuk Presiden Nicolas Sarkozy dan calon presiden Francois Hollande, setelah yang menjadi korban adalah orang-orang Yahudi di Prancis.*