Hidayatullah.com—Hillary Clinton sepertiya sadar sekali akan resiko menjadi seorang menteri dari sebuah negara yang amat dibenci di dunia, maka ketika massa melempari kendaraannya dengan tomat di Mesir, wanita paruh baya itu tidak merasa tersinggung dan justru menyayangkan tomat yang terbuang sia-sia.
“Semakin cepat ada pemerintahan yang bertanggungjawab, yang tindakannya dapat dinilai dan akuntabel, maka rakyat akan bisa mengambil keputusan. Sebab kata-kata saja tidak berarti sebanyak tindakan, dan oleh karenanya saya tidak merasa terhina,” kata Hillary Clinton diplomatis, saat tiba di Al Quds (Yerusalem) beberapa jam setelah mengunjungi Mesir, lansir Reuters (17/7/2012).
“Saya lega tidak ada orang yang terluka dan saya merasa sedih karena tomat-tomat bagus itu dibuang percuma, dan lebih dari itu tidak menggangu sama sekali,” katanya, saat ditanya komentarnya tentang lemparan tomat di Alexandria.
Clinton menambahkan, tindakan itu justru mencerminkan adanya lingkungan yang lebih bebas yang sekarang bisa dinikmati warga Mesir. Dan itu merupakan bukti bahwa rakyat Mesir masih peduli dengan masa depannya.
Seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa tidak satupun tomat atau barang lain yang dilempar ke arah kendaraan Hillary Clinton yang mengenai rombongan kendaran mereka.
Hari Ahad lalu (15/7/2012) kerumunan orang –yang tidak diketahui dari kelompok apa– melempari iring-iringan kendaraan rombongan Hillary Clinton selepas wanita itu menyampaikan pidato pembukan Konsulat Amerika Serikat di kota Alexandria. Sebuah tomat menyasar wajah seorang pejabat Mesir yang berada dalam iringan kendaraan yang melintasi jalanan raya.
Selain tomat, alas kaki dan botol-botol juga dilemparkan oleh massa pengunjuk rasa itu.
Para demonstran meneriakkan kata-kata “Monica, Monica” berulang kali. Merujuk pada hubungan zina suami Hillary Clinton, Bill Clinton dengan Monica Lewinsky di Gedung Putih saat ia menjabat sebagai presiden AS.
Sebelumnya, kelompok Kristen Koptik Mesir (Qibhty) menyampaikan kekesalannya atas Amerika Serikat yang dinilai lebih memperhatikan kelompok Muslim Mesir. Dengan alasan AS lebih menaruh perhatian terhadap kekuatan politik Al Ikhwan dan Salafi di Mesir, tokoh-tokoh Qibhty menolak ajakan Hillary Clinton untuk bertemu.*