Hidayatullah.com—Pemilihan umum pertama di Libya pascarezim Muammar Qadhafi telah usai kemarin. Namun tidak seperti di negara Arab lain, Mesir dan Tunisia yang menaikkan kelompok Islam dalam tampuk kekuasaan, pemilu di Libya justru memberikan kejayaan pada kelompok liberal.
Partai perdana menteri sementara Libya Mahmud Jibril, Aliansi Kekuatan Nasional (NFA), mendapatkan suara mayoritas mutlak di atas partai-partai lainnya.
Berdasarkan hasil pengumuman resmi hari Selasa kemarin (17/2012), partai liberal NFA menang 39 kursi dari 80 kursi yang tersedia untuk partai politik di Majelis Nasional yang memiliki total 200 kursi. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat perolehan saingan terdekatnya, Partai Keadilan dan Pembangunan bentukan Al Ikhwan Libya yang hanya mendapatkan 17 kursi.
Majelis Nasional ini nantinya akan menggantikan Dewan Transisi Nasional, gabungan kelompok oposisi penentang rezim Muammar Qadhafi yang mendapat dukungan Barat, yang memegang kekuasaan Libya setelah Qadhafi ditumbangkan.
Jumlah perolehan suara dalam persentase pada pemilihan umum parlemen Libya kali ini adalah sebagai berikut: NFA (liberal) 48,8%, Partai Keadilan dan Pembangunan (Al Ikhwan) 21,3%, Front Nasional 3,8%, Wadi Al Hayah 2,5%, Persatuan Tanah Air 2,5%, Nasional Sentris 2,5% dan partai-partai lainnya 18,8%.
“Ini merupakan hari yang paling besar dalam hidup kami,” kata Rashid Maihub komisi pemilu yang mendata lebih dari 3.700 kandidat sebelum pemilu. “Setelah 42 tahun dalam tekanan akhirnya kami berhasil,” ujarnya dikutip Libya Herald.
Kursi di parlemen yang dialokasikan untuk kandidat partai hanya 40% dari total kursi yang ada. Porsi terbesar diberikan kepada kandidiat individual, yang mencapai 120 kursi. Kursi individual itulah yang selanjutnya menjadi incaran Al Ikhwan.
Muhammad Sawan dari Partai Keadilan dan Pembangunan yakin partainya akan menang dalam perebutan kursi kandidat individu.*