Hidayatullah.com—Saat Benjamin Netanyahu merayu Partai Kadima untuk masuk dalam koalisinya pada Mei lalu, koran-koran Israel menjuluki perdana menteri Israel itu dengan “Raja Bibi”. Kini sang raja sudah kehilangan pendukungnya.
Dilansir Euronews (8/7/2012), Kadima telah menarik diri dari koalisi mayoritas di parlemen, menyusul perdebatan tentang pengecualian Yahudi orthodoks dari kewajiban masuk dinas militer.
Kadima menguasai 28 kursi di Knesset yang memiliki 120 kursi. Netanyahu hanya kelebihan suara mayoritas 6, itu pun terdiri dari dukungan kelompok-kelompok sayap kanan yaitu orang-orang Orthodoks.
“Rakyat yang akan menjadi hakim bagi Benajamin Netanyahu, demikian pula sejarah. Sejarah tidak akan memandang ramah kepada mereka yang seharusnya bisa melakukan apasaja, tetapi memilih untuk tidak berbuat apa-apa,” kata pemimpin Partai Kadima Shaul Mofaz.
Yahudi ultra-Orthodoks –yang jumlahnya sekitar 60.000 orang– menentang upaya yang ingin mengharuskan mereka masuk wajib militer. Dan Kadima, salah satu sekutu penting Netanyahu di parlemen, tidak mau lagi memberikan dukungannya kepada undang-undang yang dianggap warga Israel sebagai diskriminasi itu.
Warga Zionis Israel baik pria maupun wanita, jika sudah mencapai usia 18 tahun diharuskan ikut wajib militer selama 2-3 tahun. Seseorang dapat terhindar dari dinas militer jika ia memutuskan untuk belajar kitab suci Yahudi di sekolah-sekolah agama. Dan orang-orang Yahudi Orthodoks sebagian besar memilih untuk sekolah agama daripada masuk dinas militer.*