Hidayatullah.com–Kondisi perang di Suriah rupanya tidak menyurutkan keberanian para wartawan freelance ini dalam bertugas mencari berita maupun gambar.
Banyak wartawan freelance dari beberapa negara Eropa seperti Italia, Spanyol dan Amerika Latin berani mempertaruhkan nyawa mereka demi mendapatkan kondisi langsung keadaan Suriah meski rezim Suriah berusaha untuk menutupi atau mempersulit.
“Kami sedang melakukan pekerjaan yang mematikan – melaporkan perang”, tutur Mayte Carrasco, wartawan freelancer asal Spanyol, seperti yang dikutip alarabiya.net, Ahad (05/08/2012).
Ia adalah salah satu dari puluhan fotografer profesional, wartawan media massa dan wartawan televisi yang telah memilih untuk memasuki Suriah secara diam-diam.
Dengan kondisi perang tersebut, para jurnalis dipaksa untuk memasuki negara itu secara ilegal melalui utara Suriah, di mana wilayah tersebut sebagian besar dikuasai oleh pemberontak. Sedangkan untuk menjadi wartawan resmi telah membatasi kemampuan mereka untuk bekerja secara bebas.
“Para wartawan freelance harus ingat bahwa ia membayar dengan biaya sendiri. Dia tidak memiliki asuransi medis dan belum diakreditasi oleh korporasi ‘media besar’,“ kata Karen Maron, seorang wartawan asal Argentina yang sudah berpengalaman meliput konflik di Timur Tengah selama bertahun-tahun.
Carrasco setuju bahwa wartawan freelance benar-benar rentan. Banyak dari mereka yang tidak memiliki pelindung tubuh atau helm atau bahkan sangat sedikit dari mereka yang dilengkapi dengan telepon satelit dan uang tunai.
“Saya tidak berpikir pekerjaan saya akan membuat saya kaya dan terkenal. Saya hanya ingin mencari nafkah dan melakukan jurnalisme yang baik,” yakin wartawan foto asal Italia, Giulio Piscitelli.
Ricardo Garcia Vialnova, wartawan video veteran asal Spanyol setuju bahwa tidak ada mereka yang bertujuan mencari uang, ketenaran atau pengakuan dari jenis pekerjaan ini. Tetapi ini berbicara tentang semangat mereka, bahkan jika mungkin berakhir dengan buruk.*