Hidayatullah.com–Efek dari invasi Amerika Serikat (AS) terhadap Iraq bukan hanya meruntuhkan tampilan fisik semata. Terbukanya arus westernisasi di kalangan generasi Iraq telah melahirkan fenomena baru. Di antaranya, habitat komunitas musisi underground ternyata turut tumbuh berkembang. Salah perkembangannya diiringi dengan lahirnya fenomena band Iraq anti Islam bernama ‘Janaza’ (Baca: Jenazah).
Kehadiran Janaza langsung mendapat sambutan di komunitas underground international. Kontroversi yang menaikkan pamor band ini dimulai dari sampul album perdana yang menggambarkan Al-Qur’an yang sedang terbakar. Bukan hanya itu saja, dalam lagunya berjudul “Burn The Pages”, intro lagu berisi lantunan ayat suci Al Qur’an ditemani teriakan backround “Burn The Qur’an..Burn The Qur’an” (Bakar Al Qur’an…Bakar Al Qur’an).
“Mereka (Umat Islam) pasti akan membunuh saya, (mereka) juga akan membunuh teman-teman saya dan memenggal kepala saya”, jelas Anihita vokalis Janaza seperti yang dikutip Theatlantic.com.
Anihilita sang vokalis seperti tidak takut dengan semua ancaman karena penghinaannya terhadap Islam. Ia bahkan menyembunyikan semua identitasnya dengan rapi dari dunia maya. Musika Janaza sendiri beraliran black metal. Aliran Black Metal sebelumnya identik dengan semangat anti Yesus Kristus. Dengan hadirnya fenomena underground di Timur Tengah. Musik metal seperti mulai menyuarakan propaganda anti Islam ke generasi muda Islam itu sendiri.
“Apa yang membuat amarah tetap menyala karena di dalam diri saya penuh kenangan akan (kematian) orangtua saya dan teman-teman saya, itulah yang membuat saya penuh kebencian,” jelas Anihita lagi.
Anihita menceritakan bagaimana kedua orangtuanya mati karena sebuah serangan bom. Serangan bom itu sendiri juga menewaskan teman-teman dekatnya. Kondisi perang dan konflik sektarian di Iraq telah membuatnya tumbuh menjadi perempuan yang penuh kebencian. Perubahan psikologis itu membuat dia menyukai musik black metal yang penuh nihilisme, anti tuhan, dan menjadi ekstremis terhadap humanisme.
Selain Janaza, band sejenis di Iraq juga ada Seed Of Iblis yang telah merilis album berjudul Jihad Againts Islam di tahun 2011. Seed Of Iblis juga memiliki seorang vokalis wanita sama seperti Anihita. Seed Of Iblis memiliki salah satu lagu kontroversi berjudul “Sex With Muhammad’s Corpse”. Band-band seperti ini di Iraq berkumpul dalam satu wadah yang mereka sebut komunitas “Anti Islam League”.
Di Indonesia sendiri demam atheisme dan anti tuhan sudah merebak lama di komunitas underground. Tidak sedikit band-band lokal Indonesia membuat lagu-lagu yang menghujat agama.
Hanya saja, di sisi lain, di Indonesia ada pula band-banda yang lahir untuk melawan hegemoni perang budaya seperti ini. Di antaranya lahir Punk Muslim, Underground Tauhid, Salam Satu Jari hingga Jamaah Out Of Topic. Kesemua komunitas itu adalah bagian dari gerakan dakwah dari mantan musisi-musisi underground yang telah tobat. Rata-rata tobatnya para musisi ini karena menyadari ada misi hegemonisasi anti Islam dibalik berkembangnya musik underground.*