Hidayatullah.com–Uskup paling senior di Australia hari Senin (24/12/2012) meminta maaf kepada siapa saja yang “telah menderita oleh tangan” para pastor dan guru agama. Permintaan maaf ini disampaikan dalam pesan Natal, setelah menghadapi setahun yang penuh gejolak bagi gereja.
Dalam pesan melalui video yang disiarkan di televisi, Uskup Agung Sydney, George Pell, mengatakan, dia terkejut dan malu, menyusul serangkaian tuduhan pedofilia yang dilakukan para imam dan pastor dan upaya gereja menutup-nutupi kasus-kasus tersebut.
Pell mengatakan, hatinya bersama “semua orang yang tidak bisa menemukan kedamaian saat ini, terutama mereka yang telah menderita di tangan sesama orang Kristen, pejabat Kristen, para imam, dan guru agama”.
“Saya sangat menyesal ini terjadi,” tambahnya, sebagaimana dilansir laman Channelnewsasia. “Saya merasa begitu terguncang dan malu di masyarakat atas terbongkarnya kasus-kasus kejahatan dan perbuatan buruk itu.”
Tanpa menyebutkan secara spesifik atas kasus pelecehan seks anak, Pell mengatakan, kasus yang menimbulkan luka tersebut “benar-benar bertentangan” dengan ajaran Kristus. “Kita memerlukan keyakinan di dalam kebaikan Tuhan dan cinta untuk mengatasi bencana ini, untuk membantu mereka yang telah terluka,” katanya.
Perdana Menteri Julia Gillard bulan lalu mengakhiri tekanan terus-menerus yang telah berlangsung selama satu dekade, dengan membentuk satu komisi untuk menyelidiki semua persoalan yang ditujukan pada organisasi keagamaan, sekolah, dan panti-panti negara atas kasus-kasus pelecehan.
Upaya Gillard dilakukan setelah seorang penyelidik polisi senior menyatakan, gereja telah menutup-nutupi kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak di Hunter Valley, utara Sydney, untuk melindungi pelaku pedofilia dan rusaknya reputasi.
Pemerintah di negara bagian Victoria sudah menyelidiki tuduhan pelecehan seks yang dilakukan para pastor, dan Gereja mengatakan pada sidang parlemen negara pada bulan September bahwa setidaknya 620 anak telah dilecehkan sejak 1930-an.
Ketika Gillard mengumumkan pembentukan komisi, Pell menyambut sebagai kesempatan untuk membantu para korban, “menjernihkan udara”, dan “memisahkan fakta dari fiksi”. “Kami tidak tertarik untuk menyangkal kelakuan buruk oleh Gereja Katolik,” katanya pada saat itu.
Pesan Natal yang disampaikan Pell menarik reaksi campuran dari kelompok pendukung korban, dengan beberapa mengatakan, pesan itu mewakili “perubahan besar” dalam Gereja, sementara yang lain mengatakan, tidak ada perubahan yang terlalu besar.
“Ini menyenangkan bahwa dia membuka hatinya kepada semua orang,” kata Wayne Chamley, juru bicara dari para korban yang tergabung dalam kelompok Broken Rites, kepada televisi ABC.
“Mereka tampaknya sekarang menghargai dalam skala itu. Saya tidak bisa melihat seperti itu di masa lalu terhadap apa-apa yang sedang terjadi”
Tapi Presiden Adults Surviving Child Abuse, Cathy Kezelman, menyebut, pesan Natal itu “tanggapan yang benar-benar minim untuk ekspresi penyesalan.”
“Yang sangat penting bahwa kita mengakui kegagalan organisasi keagamaan, termasuk Gereja Katolik, untuk merespon dengan tepat kepada para korban,” katanya.
“Terhadap pengkhianatan terbesar yang dilakukan seseorang, tidak hanya harus kembali menanamkan kepercayaan, tetapi kembali menetapkan pedoman moral.”
Gillard menolak memberi batas waktu pada komisi, tetapi mengatakan, pemerintah telah mengambil langkah pertama menuju pembentukan kerangka acuan.
Tuduhan pelecehan seks anak telah mengguncang Gereja Katolik di seluruh dunia, termasuk di Irlandia, Amerika Serikat, Jerman, dan Belgia.*