Hidayatullah.com–Pemerintah Yaman menyerukan aksi internasional melawan Hizbullah Lebanon (Libanon) dengan tujuan mencegah gerakan militan mengirim pasukannya ke negara itu, setelah sebuah video yang dipublikasikan diduga menunjukkan seorang anggota dari kelompok pelatihan yang didukung Iran, pemberontak Syiah al Houthi (Al Hautsyi).
Koalisi Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi, yang mana mendukung pasukan darat Yaman termasuk mujahidin Yaman selatan dan pasukan yang setia kepada pemerintah yang diakui secara internasional, telah bertahan sejak konflik dimulai tahun lalu ketika Iran dan Hizbullah yang Syaih memberikan dukungan militer kepada pemberontak Syiah Zaidi Houthi.
Dewan Keamanan PBB pada hari Kamis (25/02/2016) dengan suara bulat menyerukan implementasi penuh terhadap proses transisi politik di Yaman, dan sanksi yang diberikan kepada Houthi dan pasukan sekutu yang setia kepada presiden Yaman yang tumbang, Ali Abdullah Saleh untuk diperpanjang satu tahun lagi.
Kantor berita resmi Yaman mengatakan resolusi tersebut akan memungkinkan komite sanksi memantau dan membekukan hampir US $ 50 juta (Dh183m) yang dijarah oleh Saleh.
Teheran mengatakan pihaknya memberikan Houthi dengan dukungan politik saja, sedangkan Riyadh menuduh Teheran mencoba mengubah pergerakan menjadi kekuatan proksi ala Hizbullah di perbatasan.
Video ini pertama kali disiarkan di beberapa saluran berita Saudi, dan bertujuan menunjukkan operasi Hizbullah. Sementara, orang di video yang diidentifikasi dalam berbagai laporan sebagai Abu Saleh Al Libnani, berbicara dengan aksen Lebanon dan memberikan pelatihan taktik militer kepada sekelompok pasukan Yaman, yang diduga pasukan Houthi, di dalam tenda di sebuah lokasi yang dirahasiakan di Yaman musim panas lalu.
Video ini sebagian besar tanpa suara, tapi pada satu titik, Abu Saleh mengatakan, “Saya punya operasi di Riyadh.” Salah satu orang Yaman bertanya, “Apakah itu serangan bunuh diri?”, yang kemudian dijawab Abu Saleh, “kita menyebutnya operasi mati syahid “.
“Saya menyerukan Dewan Keamanan untuk memaksa hukuman kepada Hizbullah dan semua pihak yang mendukung pemberontak Houthi dengan persenjataan, sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan yang mencegah untuk menyediakan Houthi dan Saleh dengan persenjataan,” kata Menteri Informasi Yaman, Abulmageed Qubati kepada The Nasional, Kamis (25/02/2016).
Para pejabat Hizbullah belum mengkonfirmasi peran apapun untuk kelompok di Yaman, meskipun kelompok itu telah mengaku mengirimkan ribuan pasukan ke konflik Suriah dalam dukungannya kepada Presiden Suriah Bashar Al Assad.
Sementara video tersebut mengarah ke peran penasehat untuk Hizbullah di Yaman, sepertinya tidak mungkin bahwa kelompok tersebut mampu memberikan bantuan lebih banyak, mengingat ketegangan pada sumber daya dan blokade koalisi perbatasan Yaman.
“Saya tidak berpikir bahwa Houthi membutuhkan lebih banyak pasukan, hanya (butuh) beberapa pelatih, dan saya tidak berpikir jumlah mereka banyak” karena banyak bukti akan terungkap sekarang, kata Ahmed Obaid, analis dan pensiunan perwira militer Yaman di Aden.
Qubati mengatakan Hizbullah dan Garda Revolusi Iran mulai mendukung pemberontak Al Houthi selama dekade terakhir, dan mendongkrak dukungan mereka sejak 2011, menambahkan bahwa pelatih dalam video tersebut mungkin tiba di Yaman sebelum konflik yang terjadi saat ini.
“Setelah pasukan koalisi mengamankan pelabuhan-pelabuhan di Yaman, para penyelundup senjata kepada kelompok Houthi kebanyakan berhenti dan para ahli militer tidak bisa masuk ke negara itu dengan mudah,” katanya. Beberapa dari mereka mungkin telah masuk melalui pulau-pulau sepi di lepas pantai barat, “tapi semua persenjataan dan para ahli militer ini mengunjungi Houthi pada masa pemerintahan Ali Saleh”.
Ia juga mengklaim bahwa Hizbullah yang dikenal Syiah memainkan peran kunci dalam persekutuan al Houthi dengan Saleh, mantan musuh mereka yang telah memimpin enam peperangan untuk menghancurkan kelompok tersebut selama 33 tahun masa kepresidenannya.
“Hizbullah adalah insinyur utama yang membangun kembali hubungan antara pemberontak Houthi dan Saleh.”
Qubati menjabat sebagai duta besar Yaman untuk Lebanon dari tahun 2003-2007, dan ia mengatakan bahwa selama ia menjabat, ada pejabat-pejabat Yaman yang telah melihat bukti pelatihan pasukan Houthi di Lembah Bekaa di Lebanon.
Video tersebut rilis pada saat Arab Saudi tengah memimpin dorongan agresif terhadap Hizbullah dan menuntut pemerintah Libanon yang lemah dan terpecah itu agar memberi jarak terhadap kelompok tersebut.
Pada hari Rabu (24/02/2016), juru bicara koalisi yang dipimpin Saudi, Brigjen Ahmed Al Asiri, mengatakan ada bukti bahwa anggota Garda Revolusi dan Hizbullah yang telah memberikan pelatihan kepada para pemberontak di Yaman.
“Kami yakin adanya mereka dan bukti yang dikumpulkan hari ini datang untuk mendukung file yang akan diserahkan pemerintah Yaman kepada PBB untuk mengakhiri kegiatan-kegiatan tersebut dan menghadapi pemerintah Libanon dengan tanggung jawabnya,” kata Al Asiri kepada stasiun TV Saudi Al-Ikhbariya. “Karena orang-orang itu membawa paspor Lebanon dan menggunakannya untuk bepergian dan menyebar, dan pada saat yang sama mereka membawa kerugian kepada negara-negara Arab dan perbuatan tersebut harus segera dihentikan.”
Riyadh terus berupaya mengembangkan kasusnya melawan Hizbullah pada hari Kamis (25/02/2016), dengan memberikan tuduhan terhadap kelompok yang bekerja dengan pemberontak Houthi menyelundupkan narkoba ke kerajaan Saudi.
Arab Saudi telah berusaha untuk memberikan tekanan lebih kepada Hizbullah dan Iran menyusul kemunduran baru-baru ini yang dialami oleh mujahidin Suriah yang didukung Riyadh di tangan pasukan Iran dan Hizbullah yang didukung oleh serangan udara Rusia.
Arab Saudi memimpin tuduhan negara-negara Teluk terhadap pengaruh Hizbullah di Lebanon, dan menekankan pemerintah Lebanon untuk menjauh dari kelompok tersebut.
Pekan lalu, kerajaan Saudi memotong bantuan keamanan sebesar 4 miliar dolar Amerika ke Libanon, mengatakan bahwa Hizbullah telah “membajak” negara tersebut. Arab Saudi juga menyuarakan kemarahan kepada menlu sekutu Hizbullah negara tersebut karena gagal mendukung kecaman formal terhadap serangan massa di misi diplomatik Saudi di Iran.
Baca: Arab Saudi Batalkan Bantuan 4 Milliar Dollar pada Hizbullah
Kerajaan Saudi menganjurkan warganya untuk meninggalkan Libanon pada Selasa (23/02), untuk alasan keamanan. Uni Emirat Arab mengikuti langkah tersebut dengan melarang warganya bepergian ke Lebanon. Kuwait, Qatar dan Bahrain pada akhirnya memberitahu warga mereka untuk menghindari Lebanon juga.*/Karina Chaffinch