Hidayatullah.com–Selasa, 28 Agustus 2012, Aksi Cepat Tanggap (ACT) berkesempatan bersilaturahmi dengan desa dan pesantren anak Yatim penghafal Al-Quran di daerah Tawkayanlay village, Kunchangone Township, pinggiran kota Yangon.
Daerah ini terletak di sebelah timur kota Yangon, sekitar 2-3 jam perjalanan. Untuk menuju daerah ini, ACT perlu menaiki ferry untuk menyeberangi sungai Yangon yang memakan waktu sekitar 20 menit. Di seberang sungai, melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkutan taksi dengan beberapa penumpang lain. Kapasitas taksi itu 9 orang, termasuk supir. Dengan taksi itu, ACT menempuh perjalanan dengan kondisi jalan yang kurang baik.
Desa yang ACT kunjungi adalah satu desa yang menjadi korban topan Nargis tahun 2008. Di desa itu 50 orang meninggal ketika terjadi topan.
“Topan yang dahsyat itu konon merenggut ratusan ribu korban jiwa,” ujar relawan yang dikirimkan ACT ke Yangon, Doddy Hidayat, dalam rilisnya, Kamis (30/08/2012).
Di desa yang berpenduduk 800 keluarga tersebut terdapat pesantren anak yatim penghafal Al-Quran. Walaupun kondisi rumah-rumah masyarakat di sana terlihat kurang baik, namun dengan berswadaya mereka dapat membangun suatu aula untuk pesantren anak yatim penghafal Alquran. Ustadz U Khin Mg Yee pemimpin pesantren hafal 30 juz Al-Quran.
Di desa ini, atas anjuran dari ustadz Chit Ko Ko Oo dari Islamic Relief & Service Center of Myanmar (IRSCM), parnert ACT di Myanmar, masyarakat Muslim bergotong royong melakukan infaq 100 kyats (sekitar Rp 1000) per keluarga per minggu untuk membangun desanya. Mereka percaya bahwa berinfaq walaupun kondisi susah dan berat, akan membawa rahmat Allah SWT kepada mereka. Pada saat ini income mereka kurang dari 2500 kyats per hari.
Kumpulan infaq ini kemudian mereka gunakan untuk membuat sarana umum dan membantu di antara mereka. Saat ini mereka sedang coba membangun instalasi listrik dengan genset. Dari dana yang dibutuhkan sekitar 20 juta kyats, mereka telah berhasil mengumpulkan 5 juta kyats dari hasil infaq mingguan tersebut.
Di desa ini, sewaktu terjadi topan Nargis, IRSCM, atas donasi dari muslim Jerman, membangun 25 shelter (rumah) pengungsian, yang saat ini masih berdiri dan digunakan oleh masyarakat.
Alhamdulillah ACT berkesempatan memberikan bantuan pangan berupa beras, minyak goreng, dan peralatan sanitasi untuk para santri dan pengasuh pondok. Masyarakat pun juga berbondong bondong menyaksikan rasa ukhuwah antara Muslim Indonesia dan Myanmar.
Santri dan pengasuh pondok pun mendoakan agar para sahabat donatur dari Indonesia mendapatkan kebaikan, berkah, dan rahmat Allah SWT. Mereka juga mendoakan dan berharap misi kemanusiaan ACT untuk Rohingya dapat berjalan baik.*