Hidayatullah.com—Seorang pria Kristen warga Amerika Serikat asal Mississippi yang menjadi tersangka pengirim surat beracun ricin untuk Presiden Obama dan senator Roger Wicker sudah dibebaskan dan dicabut tuntutan hukumnya.
Pembebasan Paul Kevin Curtis itu dilakukan hari Selasa (23/4/2013), seiring penyelidik menggeledah rumah seorang pria lain yang konon berseteru dengan Curtis sejak lama.
“Pemerintah pada dasarnya berhasil menemukan tersangka pria lain yang diyakini sebagai pelaku sebenarnya dari kejahatan yang sangat keji ini,” kata pengacara pembelanya, Christy McCoy, kepada para wartawan lansir Aljazeera.
Dalam surat perintah pembebasan Curtis, jaksa penuntut mengatakan bahwa “investigasi yang terus berlanjut telah mengungkap informasi baru,” tanpa menjelaskan lebih terperinci mengenai hal itu.
Curtis, 45, dalam konferensi pers setelah keputusan pembebasannya mengatakan bahwa dirinya menghormati Obama dan tidak akan pernah membahayakan para pejabat publik. “Saya mencintai negeri ini,” katanya.
Dijebak
McCoy mengatakan yakin bahwa kliennya dijebak.
“Saya yakin bahwa seseorang yang dulu dan sekarang mengenal Kevin mengambil informasi pribadinya dan melakukan hal ini terhadapnya,” kata McCoy. “Sangat menakutkan mengetahui orang bisa melakukan hal ini,” imbuhnya.
Curtis ditangkap hari Rabu pekan lalu di rumahnya di Corinth, Mississippi. Dia dijadikan tersangka pelaku pengiriman surat beracun ricin kepada Obama dan senator Wicker, serta seorang hakim. [Baca berita sebelumnya: Pria Kristen Pendukung Demokrat Kirimi Obama Surat Beracun]
Kepada koran Northeast Mississippi Daily Journal McCoy mengatakan, selama satu pekan ini penyelidik mengeledah rumah Curtis, mobilnya, serta rumah mantan istrinya, tetapi tidak menemukan bukti pendukung yang diperlukan untuk menjerat kliennya.
Kasus surat beracun ini terjadi beriringan dengan kasus ledakan bom di dekat garis akhir Maraton Boston pekan lalu.
Inisial ‘KC’ yang tertera dalam surat beracun tersebut menggiring penyelidik untuk menciduk Curtis.
Curtis pernah secara terbuka lewat situs jejaring sosial di internet mengkritik kebijakan pemerintah Amerika yang dinilainya menutup-nutupi pasar gelap penjualan organ-organ tubuh manusia.*