Hidayatullah.com–Menjelang perhelatan akbar Silaturahim Nasional (Silatnas) II Hidayatullah di Pesantren Hidayatullah, Gunung Tembak yang kian dekat (20-24 Juni 2013), warga dan santri Hidayatullah Balikpapan terus berbenah menyambut kegiatan tersebut. Belum lama ini seluruh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah terjun langsung dalam program kerja bakti massal, yaitu pengecoran lantai atas bangunan Masjid Agung ar-Riyadh Balikpapan.
Berbeda dengan proyek pengecoran sebelumnya, dalam kerja bakti yang digelar pada Ahad-Senin (21-22/4/2013) ini, lantai atas bangunan masjid dicor dengan bantuan mobil molen (pengecor semen) yang didatangkan dari perusahaan Ready Mix di kota Balikpapan.
Banyaknya proyek pembangunan fisik di kampus Gunung Tembak menjelang acara Silatnas, menjadi salah satu alasan penggunaan mobil Ready Mix. Termasuk waktu yang kian mepet juga menjadi tantangan dalam persiapan acara tersebut.
“Banyak proyek yang harus kita selesaikan dengan waktu yang sangat singkat ini,” kata Kepala Pembangunan dan Penataan Kampus Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan H. Sugiono.
Menurut Sugiono, kesiapan kampus Gunung Tembak menggelar acara Silatnas sangat dipengaruhi oleh finishing (penyelesaian) pembangunan Masjid ar-Riyadh sebagai pusat kegiatan peserta Silatnas.
“Semoga target pembangunan masjid bisa terealisasi secepatnya,” ujarnya mewakili harapan seluruh warga Hidayatullah.
Tepat pukul 10.40 Waktu Indonesia Tengah (WITA), puluhan mahasiswa STIS Hidayatullah memulai proyek pengecoran bersama warga yang tergabung dalam Unit Pertukangan Pesantren.
Tahan Sampai Malam
Bagi mahasiswa STIS, kemampuan bekerja dan survive (bertahan) di lapangan menjadi hal mendasar yang harus dimiliki. Sejak awal kuliah, mereka telah dikenalkan sekaligus diikutkan dalam berbagai proyek fisik di kampus Gunung Tembak. Hingga hari ini, etos kerja keras adalah warisan yang sangat berharga yang ditinggalkan oleh para pendiri dan sesepuh Pesantren Hidayatullah.
Sudah menjadi rahasia umum, jika hampir seluruh bangunan di kampus Gunung Tembak dan di berbagai daerah lainnya adalah hasil karya tangan para santri Hidayatullah sendiri. Sejak dini mereka diajari mengasah skill (keterampilan) dalam berbagai aspek.
Tentunya skill yang dimaksud di sini tak sebatas sisi akademik saja, sebagaimana pemahaman mahasiswa pada umumnya. Namun, mahasiswa STIS Hidayatullah juga ditempa dengan penguatan spiritual di masjid dan di lapangan.
Dengan cuaca terik yang cukup menyengat siang itu, beberapa mahasiswa STIS Hidayatullah tampak mengenakan topi sebagai penahan sinar matahari. Sebagian mereka bahkan melengkapi asesorisnya dengan berkacamata hitam. Hingga menjelang Maghrib, rupanya pengecoran belum juga menampakkan tanda bisa selesai secepatnya.
Akhirnya, disepakati proyek tetap dilanjutkan meski hari mulai beranjak malam –tentunya dengan tetap menunaikan shalat lima waktu berjamaah di masjid. Sejumlah warga segera berinisatif memasang beberapa lampu sorot merkuri sebagai penerangan di atas bangunan.
Meski telah mengecor berjam-jam, namun tanda-tanda “menyerah” itu tidak juga terlihat pada warga dan mahasiswa yang mengecor. Sebaliknya, justru keceriaan yang jamak menghias wajah-wajah mereka. Para mahasiswa mengaku sangat bersemangat dalam proyek pengecoran ini.
“Saya meyakini janji Allah itu pasti, siapa yang membangun rumah Allah di dunia, niscaya baginya rumah di surga,” ucap Ibrahim (20), seorang mahasiswa STIS Hidayatullah sambil mengutip sebuah hadits Nabi.
Mahasiswa kelahiran Bone, Sulawesi Selatan ini, mengaku, meski lelah namun spirit itu terbukti sangat mujarab. Ibrahim dan kawan-kawannya bisa survive mengecor hingga belasan jam non-stop sejak pagi hari.
Dosen Pun Ikut
Tak mau kalah dengan mahasiswa, sejumlah dosen juga ikut mengecor sejak awal hingga malam hari. Bagi mereka, keteladanan adalah nilai yang tak hanya diajarkan secara kognitif (teori) dan dibatasi di ruang-ruang kelas saja. Keteladanan adalah harga mahal sekaligus rahasia dari perjuangan dakwah orang-orang saleh terdahulu.
Selain membantu mengecor, dosen-dosen juga bertugas memompa semangat para mahasiswa. Mereka menyemangati para mahasiswa, meski terkadang suara mereka harus bersaing dengan gemuruh deru mesin dan riuh belalai molen yang terus menembakkan adonan semen cor-coran ke lantai bangunan masjid.
Akhirnya tepat pukul 02.15 WITA dinihari, proyek pengecoran lantai atas bangunan Masjid ar-Riyadh Balikpapan seluas 36×44 meter persegi dinyatakan selesai. Sebanyak 42 mobil molen hilir mudik sepanjang hari dalam proyek yang menghabiskan 228 kubik adonan semen cor itu.
Para warga dan mahasiswa hanya bisa bersyukur, mereka telah menyelesaikan sebuah proyek dunia yang berbuah akhirat. Setidaknya itu yang dirasakan oleh warga Hidayatullah Balikpapan dan mahasiswa STIS Hidayatullah.
Boleh jadi mereka sangat lelah dengan proyek pengecoran maraton 16 jam non-stop. Tapi semua itu niscaya sirna dengan kebahagiaan para pengunjung acara Silatnas kelak.
Sebagai mahasiswa, tentu mereka tak berharap diganjar dengan upah besar layaknya seorang tukang atau buruh bangunan. Sebab mereka yakin, janji Allah lebih mulia dibanding jika mereka hanya berharap materi di dunia.
“Semoga pengecoran ini menjadi amal jariyah seluruh warga Hidayatullah dan rekan-rekan mahasiswa,” pungkas salah satu dosen STIS Hidayatullah Miftahuddin, mewakili harapan warga dan para mahasiswa.*/Laporan Masykur, reporter Hidayatullah.com di Balikpapan.