Hidayatullah.com—Kantor Kepresidenan Mesir hari Senin (3/6/2013) mengeluarkan rangkuman dari laporan akhir tentang pertemuan tripartit yang diikuti oleh wakil dari Mesir, Sudan dan Ethiopia, membahas dampak potensial yang ditimbulkan oleh proyek bendungan Ethiopia di Sungai Nil, lansir Al-Ahram.
Meskipun Ethiopia bersikukuh mengatakan proyek bendungannya tidak akan berdampak buruk bagi negara Sudan atau Mesir, rangkuman laporan itu mengatakan bahwa berbagai studi yang dikemukakan oleh pihak Ethiopia tidak cukup atau ketinggalan zaman.
Lebih lanjut dikatakan bahwa Ethiopia gagal melakukan studi-studi yang diperlukan sebelum merencanakan pembangunan bendungan, termasuk kemungkinan bahaya yang muncul di semua negara sekitarnya jika bendungan itu runtuh.
Ethiopia juga tidak melakukan studi dampak lingkungan dan sosial terhadap negara-negara di kawasan hilir Sungai Nil akibat dibangunnya bendungan raksasa di negara yang terletak di hulu tersebut.
Selain itu, kemampuan Bendungan Tinggi Aswan milik Mesir yang terletak di hilir, juga akan mengalami gangguan produksi listrik, terutama saat sungai nil mengalami banjir musiman.
Lebih parah lagi, pada musim kemarau saat di mana debit air sungai surut, sementara air di bendungan Ethiopia yang berada di hulu terisi penuh Mesir tidak akan mampu memproduksi listrik dan mengalirkan air ke saluran irigasi.
Laporan itu juga menyoroti dampak lingkungan dan sosial dari proyek bendungan Ethiopia terhadap negara di sepanjang Sungai Nil, di mana ekosistem Ethiopia akan terganggu dan demikian pula dengan pertanian Mesir.
Proyek bendungan Ethiopia itu juga tidak melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui sistem hidrologi Sungai Nil diberbagai kondisi.
Ahad lalu, Kementerian Air dan Listrik Ethiopia menyatakan bahwa proyek Bendungan Renaisans didesain dengan standar internasional. Dan pada hari yang sama, Kementerian Luar Negeri Ethiopia menyatakan bahwa laporan tripartit mengenai masalah itu menyatakan bahwa bendungan Ethiopia itu tidak akan “membahayakan” kepentingan Mesir atau Sudan.
Sungai Nil, yang bermuara ke Laut Mediterania di utara Mesir, terbentuk dari dua sungai besar Nil Biru dan Nil Putih. Sungai Nil Biru mata airnya berada di Danau Tana di Ethiopia. Sungai Nil Biru mengalir di negara Ethiopia dan Sudan. Sedangkan Sungai Nil Putih jauh lebih panjang. Bermuara diperkirakan di sekitar negara Rwanda dan Burundi, Sungai Nil Putih mengalir ke utara Afrika melewati Tanzania, Danau besar Victoria, Uganda, Sudan Selatan, Sudan dan Mesir. Kedua sungai itu bertemu di ibukota Sudan, Khartoum, sebelum akhirnya mengalir menjadi satu Sungai Nil dan bermuara di kawasan Delta Nil lewat dua jalur masuk ke Laut Mediterania, dekat Sinai.*