Hidayatullah.com—Pembahasan Palestina dan kestabilan kawasan menjadi agenda utama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab ke – 29 yang berlangsung dimulai di kota Dhahran, bagian timur Arab Saudi.
Selain membahas Suriah dan Iran, desakan kepada Presiden Suriah, Bashar al-Assad agar segera mundur juga menjadi bahasan.
Para menteri Arab melalui pertemuan awal pada hari Kamis memberikan penekanan pada konflik di Suriah dan Yerusalem (Baitul Maqdis) yang belum selesai sampai sekarang, kutip trtworld.com.
Selain itu, negara-negara Arab juga bakal mengambil tindakan untuk membatasi Amerika Serikat (AS) dari memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem setelah menyatakan wilayah itu sebagai ibukota Israel.
Para pemimpin Arab kecuali pemimpin rezim Suriah Bashar al Assad bertemu di Arab Saudi pada hari Ahad ketika negara-negara dunia menghadapi masalah Suriah dan ketegangan yang meningkat antara Riyadh dan Teheran.
Arab Saudi mendorong sikap persatuan dan keras terhadap rival regionalnya Iran pada KTT tahunan 22 anggota Liga Arab.
Baca: Liga Arab Sebut Pengumuman Pemindahan Al-Quds sebagai Provokasi
Dua raksasa regional tersebut, bergulat dalam perang proxi di Suriah dan negara tetangga selatan Arab Saudi, Yaman, serta mendukung pihak yang bertentangna di Iraq dan Libanon.
Pertemuan dimulai 24 jam setelah Amerika Serikat, Prancis dan Inggris melancarkan serangan udara di Suriah sebagai respon terhadap serangan kimia rezim di wilayah kelompok oposisi di Ghouta Timur minggu lalu.
Arab Saudi dan Qatar, yang keduanya menyuarakan dukungan terhadap serangan itu, masih terperangkap dalam kebuntuan diplomatik, dengan Riyadh yang menuduh Doha mendukung ekstrimis dan bersikap terlalu dekat kepada Iran.
Dukungan untuk serangan udara di Suriah
Pertemuan Liga Arab, yang pertama kali diselenggarakan pada 1945, sangat jarang menghasilkan tindakan.
Terakhir kali blok itu membuat langkah konkret terjadi pada tahun 2011, ketika blok itu menangguhkan keanggotaan Suriah karena peran rezim Assad dalam perang.
Keanggotaan Suriah masih ditangguhkan oleh Liga Arab.
Raja Salman dari Arab Saudi akan memimpin KTT Liga Arab yang diselenggarakan di Dhahran, markas dari perusahaan minyak Aramco Arab Saudi.
Perang Suriah, konflik regional paling kompleks, merupakan poin utama pertikaian yang mengadu Riyadh dan sekutunya, yang sebagian besar mendukung kelompok oposisi Suriah, melawan rezim dukungan Iran dan sekutu Libanonnya, Hizbullah.
Arab Saudi pada Sabtu menyatakan dukungan penuhnya terhadap serangan udara AS di Suriah, yang Pentagon katakan telah “dengan sukses menghantam setiap target”.
Qatar, yang telah mengonfirmasi akan menghadiri KTT, juga mendukung serangan tersebut.
Kementrian Luar Negerinya memposting di Twitter dukungan pada “operasi terhadap target-target militer khusus yang digunakan rezim Suriah dalam serangan kimianya”.
Negara-negara Teluk Arab telah melakukan sumbangan besar pada Suriah tetapi tidak pernah menawarkan suaka pada warga Suriah.
Meskipun negara Liga Arab mengecam serangan kimia rezim Suriah, KTT Liga Arab kemungkinan besar tidak mendesak Assad untuk turun.
Perang Suriah yang telah berumur 7 tahun telah merenggut puluhan ribu nyawa, Arab Saudi dan Iran saat ini setuju bahwa masa depan Suriah tidak bisa diputuskan hanya oleh rezim Assad, yang tentaranya telah mendapatkan kembali dukungan besar dari Rusia.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS), anak laki-laki raja berumur 32 tahun dan pemimpin de facto negara pengekspor minyak terbesar di dunia, telah mengatakan Assad akan tetap tinggal.
Baca: Liga Arab:Rezim Bashar al Assad Bertanggungjawab Bunuhi Rakyat Aleppo
Kecaman terkait Jerusalem
Pertanyaan mengenai Jerusalem (Baitul Maqdis) kemungkinan besar akan dibahas dalam KTT karena Amerika Serikat bersiap untuk memindahkan kedutaan besarnya ke sana dari Tel Aviv setelah secara resmi mengakui kota itu sebagai Ibukota Israel.
Para menteri Arab pada pertemuan awal di Riyadh pada Kamis yang sangat berfokus untuk memblokir langkah itu, dengan suara bulat mengecam keputusan Presiden AS Donald Trump.
Namun putra mahkota Arab Saudi mengeluarkan nada yang berbeda selama tur ASnya pada awal bulan ini.
Sementara Arab Saudi tidak secara resmi mengakui Israel, Pangeran Mohammad bin Salman (MBS) mengatakan pada majalah AS The Atlantic bahwa orang Israel, seperti orang Palestina, memiliki hak terhadap tanah mereka sendiri.
“Terdapat banyak kepentingan yang kami bagi dengan Israel dan jika terdapat perdamaian, akan terdapat pula banyak kepentingan antara Israel dan negara-negara Dewan Kerjasama Teluk,” katanya.*/ Nashirul Haq AR