Hidayatullah.com—Ethiopia akan maju terus dengan rencana pembangunan bendungan raksasa di Sungai Nil Biru, kata pejabat negara itu Kamis (6/6/2013), setelah Mesir memperingatakan akan bertindak jika suplai airnya terganggu, lapor AFP.
“Kami akan melanjutkan proyek kami, menurut saya hal itu tidak akan tergantung dengan keinginan politisi di Mesir,” kata Getachew Reda, jurubicara untuk Perdana Menteri Ethiopia Hailemariam Desalegn.
Sepanjang pembangunan Bendungan Renaisans itu terkait kepentingan pemerintah dan rakyat Ethiopia, maka apapun kendalanya proyek itu akan dilanjutkan, imbuh Desalegn.
Ethiopia pekan lalu mulai mengalihkan Sungai Nil Biru sejauh 500 meter dari jalur alaminya, sehingga membuat marah sebagian politisi Mesir.
Sungai Nil yang mengalir di Mesir, bersumber dari dua sungai besar yaitu Nil Putih dan Nil Biru, yang keduanya bertemua di Khartoum ibukota Sudan. Nil Biru mata airnya berada di Danau Tana di Ethiopia.
Hari Rabu Mesir mengatakan akan meminta Ethiopia menghentikan pembangunan bendungan bernilai US$4,2 milyar itu. [Baca juga berita sebelumnya: Mesir Terancam Bendungan Ethiopia di Sungai Nil Biru]
“Orang lain berhak memenuhi kepentingan mereka sendiri. Tetapi harus ada jaminan bahwa bendungan Ethiopia tidak akan membahayakan Mesir, kalau tidak maka semua kemungkinan bisa terjadi,” kata Ayman Ali, salah seorang penasehat presiden Mesir dilansir MENA.
Dari bendungan raksasa itu, untuk tahap pertama yang direncanakan selesai pada tahun 2016, Ethiopia berharap memperoleh suplai listrik sebesar 700MW. Target akhir, bendungan itu dapat menjadi sumber energi listrik dengan kapasitas 6.000MW.
Menurut Getachew, Ethiopia telah mengundang Presiden Mesir Muhammad Mursy untuk membicarakan tentang proyek bendungan tersebut. Meskipun demikian, imbuhnya, kelangsungan proyek itu tidak bisa dinegosiasikan.
Mesir berkeyakinan memiliki “hak historis” atas Nil yang dijamin oleh dua perjanjian yang dibuat tahun 1929 dan 1959, di mana isinya menyatakan 87% air Sungai Nil harus tetap mengalir dan memungkinkan Mesir membatalkan proyek apapun di daerah hulu yang bisa mengganggu aliran air sungai besar itu.
Namun, sebuah perjanjian baru yang ditandatangani tahun 2010 oleh negara-negara lain di sekitar Nil, termasuk Ethiopia, membolehkan mereka membuat proyek di aliran sungai itu, tanpa persetujuan dari Kairo.
Ethiopia membangun beberapa bendungan di wilayah negaranya dengan tujuan mengekspor listrik ke negara tetangga seperti Kenya, Sudan dan Djibouti, tulis AFP.*