Hidayatullah.com—Mantan perdana menteri Libanon Saad Hariri hari Jumat (2/8/2013) mengatakan, gerakan Syiah Hizbullah telah kehilangan klaim mereka yang mengatakan bahwa persenjataan yang dimiliki adalah untuk melawan Zionis Israel.
“Pemikiran … bahwa Libanon membutuhkan persenjataan milik kelompok perlawanan Hizbullah untuk menghadapi ancaman Israel … adalah pemikiran yang sudah basi,” kata Hariri dikutip AFP.
Persenjataan Hizbullah “telah berganti dari untuk memerangi musuh Israel menjadi memerangi rakyat Suriah,” kata Hariri dalam pernyataannya lewat sebuah stasiun televisi di Jeddah, Arab Saudi, tempat tinggalnya saat ini.
Dipercaya lebih lengkap senjatanya dibanding tentara pemerintah Libanon, Hizbullah tidak pernah dilucuti sejak perang sipil 1975-1990 berakhir, dengan alasan persenjataan mereka diperlukan untuk melindungi negara dari serangan Zionis Israel.
Tahun 2006 Hizbullah terlibat perang 33 hari dengan Israel, yang meluluhlantakkan wilayah mayoritas Syiah di selatan Libanon dan sebagian kota Beirut.
Hariri mengatakan, persenjataan milik Hizbullah digunakan untuk menimbulkan ketakutan dalam kehidupan politik dan rakyat Libanon.
Tahun 2008 prajurit Syiah Hizbullah mengambilalih kontrol dan menduduki wilayah barat kota Beirut, dalam bentrokan dengan pendukung Hariri –seorang Muslim– sehingga menimbulkan kekhawatiran perang sipil baru di Libanon.
Beberapa bulan belakangan, Syiah Hizbullah terlibat dalam perang di negara tetangga dengan membantu rezim Syiah Alawi pimpinan Bashar al-Assad melawan rakyat Suriah.
Pernyataan Hariri tersebut dikemukakan sehari setelah Presiden Libanon Michel Sleiman mengatakan untuk pertama kalinya bahwa gudang senjata Hizbullah harus berada di bawah pemerintah Libanon.
Hari Kamis (1/8/2013) Sleiman juga mengatakan bahwa dia menentang keikutsertaan gerakan Syiah itu dalam konflik di Suriah.
Saad Hariri, putra dari milyuner dan mantan perdana menteri Libanon Rafiq Hariri yang wafat karena dibunuh, sudah tidak tinggal di negaranya selama hampir dua tahun karena khawatir akan upaya-upaya pembunuhan atas dirinya.
Hari Jumat Perserikatan Bangsa-Bangsa mendukung dibentuknya peradilan untuk mengadili pelaku pembunuhan ayahnya. Setelah sebelumnya berulang kali ditunda, persidangan rencananya akan dimulai pada 13 Januari 2014.
Empat anggota Hizbullah akan diadili dalam persidangan itu secara in absentia, karena keterlibatan mereka dalam pengeboman di daerah pantai di Beirut tahun 2005 yang menewaskan Rafiq Hariri dan 22 orang lainnya.*