Hidayatullah.com—Panglima Angkatan Bersenjata Mesir Jenderal Abdul Fattah al-Sisi mendesak Amerika Serikat untuk memberikan tekanan yang lebih keras kepada Al-Ikhwan al-Muslimun agar mengakhiri aksi unjuk rasa mereka.
Dilansir AFP, dalam wawancaranya dengan Washington Post komandan militer, yang memimpin kudeta atas pemerintahan presiden Muhammad Mursy, itu memperingatkan bahwa polisi bisa bertindak untuk membubarkan pengunjuk rasa [pendukung Mursy].
Al-Sisi menuding pemerintah Presiden Barack Obama, yang memberikan bantuan militer setiap tahun $1,3 milyar ke Kairo, berpaling dari rakyat Mesir.
“Anda meninggalkan rakyat Mesir, Anda berpaling dari rakyat Mesir dan mereka tidak akan melupakannya. Sekarang Anda ingin terus membelakangi rakyat Mesir?” kata Al-Sisi dalam transkrip wawancara yang dirilis hari Sabtu (3/8/2013).
“Pemerintah AS memiliki banyak pengaruh atas Al-Ikhwan al-Muslimun dan saya sangat ingin pemerintah AS menggunakan pengaruh itu untuk menyelesaikan konflik ini,” kata Al-Sisi.
Saat ditanya apakah aparat keamanan akan membubarkan paksa kamp-kamp unjuk rasa Al-Ikhwan, Al-Sisi menjawab bahwa tugas itu tidak akan dilakukan oleh tentara.
“Siapapun yang akan membersihkan lapangan-lapangan ini atau membubarkan aksi duduk ini bukanlah militer. Ada polisi sipil dan mereka yang bertugas untuk menjalankan tugas ini,” jawab Al-Sisi.
Terkait tindakan militer yang turun tangan saat unjuk rasa menentang pemerintahan Mursy, Al-Sisi berdalih, “Pada tanggal 26 [Juli] itu, lebih dari 30 juta orang turun ke jalan untuk memberikan dukungan kepada saya. Orang-orang itu menunggu saya untuk melakukan sesuatu.”
Sejak Mursy dikudeta oleh militer pimpinan Al-Sisi, lebih dari 250 orang pendukung Mursy tewas, diantara mereka banyak yang ditembak di kepala dan dadanya.
Peran besar dalam kudeta itu mendatangkan gelar pahlawan bagi Al-Sisi, pejabat tinggi militer Mesir yang dikenal dekat dengan Amerika Serikat.
Ditanya apakah dirinya berminat mencalonkan diri menjadi presiden, Al-Sisi memberikan jawaban yang membingungkan.
“Saya ingin mengatakan bahwa pencapaian yang paling penting dalam hidup saya adalah mengatasi keadaan ini, [untuk memastikan] bahwa kami hidup dengan damai, melanjutkan rencana ke depan kami dan melaksanakan pemilihan umum yang akan datang tanpa tumpah satu pun tetes darah rakyat Mesir,” kata Al-Sisi.
Saat didesak dengan pertanyaan yang sama, Al-Sisi menjawab “tidak bercita-cita mendapatkan kekuasaan.”
Al-Sisi membela keputusannya menggulingkan Muhammad Mursy, presiden pertama yang dipilih secara demokratis setahun setelah diktator Husni Mubarak digulingkan.
“Saya memperkirakan, jika kami tidak turun tangan, maka akan terjadi perang sipil. Empat bulan sebelum dia lengser, saya mengatakan hal yang sama kepada Mursy,” kata Al-Sisi.
“Yang saya ingin Anda tahu dan pembaca Amerika juga tahu adalah bahwa ini adalah rakyat yang menentang kekuasaan politik yang tidak adil, dan orang-orang ini membutuhkan dukungan Anda,” kata Al-Sisi tentang rakyat Mesir yang menentang pemerintahan Mursy.*