Hidayatullah.com–Masa depan politik Yaman tetap tidak pasti hari Jumat, dan parlemen dikabarkan akan memutuskan hari Ahad apakah menerima pengunduran diri Presiden Abd Rabbuh Mansour Hadi.
Presiden Hadi, Perdana Menteri Khaled Bahah dan kabinetnya mengajukan pengunduran diri hari Kamis, beberapa hari setelah milisi Houthi mengepung posisi-posisi kunci pemerintah di ibukota, menuntut perubahan pada rancangan konstitusi. [Baca: Presiden, PM dan Kabinet Yaman Mundur dari Jabatannya]
Dengan mengutip posting di Facebook oleh perdana menteri, Reuters mengatakan pemerintah tidak ingin terlibat dalam “kesimpangsiuran politik yang tidak konstruktif.”
Protes-protes kecil oleh demonstran anti- Syiah Hautsi (Al Houthi) diadakan di Sana’a hari Jumat, tetapi laporan- laporan dari kota itu mengatakan situasinya relatif tenang, demikian dikutip Voice of America.
Berbicara dari Sana’a hari Kamis, utusan PBB Jamal Benomar mengatakan krisis politik itu hanya bisa diselesaikan jika kelompok-kelompok yang bersaing menghormati perjanjian sebelumnya yang menyerukan pembagian kekuasaan dan diakhirinya kekerasan.
Seperti diketahui, Presiden Yaman meletakkan jabatan setelah tekanan kelompok Syiah. Pemerintah Yaman dan kelompok pemberontak Syiah Hautsi bahkan sudah menandatangani kesepakatan untuk mengakhiri krisis politik selama beberapa pekan.
Berdasarkan kesepakatan, pemerintah baru akan dibentuk dan pemberontak Syiah Hautsi serta kelompok separatis lain di wilayah selatan negara itu akan mengajukan calon perdana menteri dalam waktu tiga hari ini.
Sebagaimana diketahui, pemberontak Syiah Al Houthi yang merupakan minoritas, melakukan pemberontakan sejak tahun 2004 untuk menuntut ekonomi yang lebih luas di Provinsi Saada di sebelah utara Yaman.*